Kamis, 24 November 2011

Karang Setio Nan Semangkuk


Latar Belakang Berdirinya Lembago Adat Alam Kerinci, IKRAR SETIA (KARANG SETIO)
di Bukit Peninjau Laut

Undang-undang Turun dari Minangkabau, terus ke Hiang ke Betung Kuning, ke Cupak angkai berderik, terus ke Seleman, mako Seleman bernama Muara Undang
Taliti ( Talitai ) mudik dari Jambi, terus ke Tamiai, mako Tamiai bernama Puncak Taliti.
Nenek Tiang Bungkuk merasa susah, maka buah pohon pisang yang menggantung menghadap ke Jambi - maka pohon pisang ditebang, ayam berkokok menghadap ke Jambi-ayam dibunuh.

Tersebutlah sebuah peristiwa bersejarah, yaitu rapat yang diadakan di Bukit Peninjau Laut/ Sitinjau Laut (sebuah bukit yang berada di sekitar daerah Lunang sekarang, dimana dari atas bukit tersebut nampak terlihatlah Lautan Samudera Hindia, maka Bukit itu dinamakan Peninjau Laut).

Untuk keperluan Rapat maka dibangunlah sebuah Gedung sangka tujuh panjang delapan bersegi tiga/ bergonjong tiga, atapnya warna tiga. Atap/ gonjong ijuk dari Alam Minangkabau, Atap Sekaki (daun sike) dari Alam Jambi, Atap gonjong kayu dari Alam Kerinci, maka bernama RAPAT TIGA ALAM.

Apakah yang dirapatkan ? yaitu merapatkan ketetapan Adat dengan Lembaga Alam Kerinci, undang dengan talitinya, Syarak dengan qiyasnya.

Maka dihanguskanlah (dibunuh) kerbau putih setengah dua (yaitu kerbau bunting), ditambah dengan kambing satu ekor. Kerbau diambil dari Bukit Siguntang-guntang, kerbau dibunuh oleh Siak Lengis. Cabe, beras dan kawah dari Alam Kerinci. Garam, kelapa, rempah-rempah dari Muko-muko (dari minangkabau). Kambing Irang dari Sitinjau Laut. Daging kerbaupun dimakan, Tulangnya ditanam, Darahnya dikacau menjadi KARANG SETIO nan SEMANGKUK, nyawanya jadi persembahan dan persumpahan.
Adapun Hasil Rapat adalah : Kepeng Sekepeng (uang sekeping; kata kiasan) dibelah tiga, yaitu :
  • Sepertiga Jatuh ke Renah Bukit (Alam Jambi), menjadi Gajah Putih Seberang Laut
  • Sepertiga Jatuh ke Alam Minangkabau, menjadi Buaya Kumbang di Pagaruyung
  • Sepertiga jatuh ke Alam Kerinci menjadi Naga Sakti Bergelang Emas, emas Rajo emas Jenang
  • Gunung yang memuncak adalah Gunung yang Dipertuan, Laut yang berdebur adalah laut Depati Empat Delapan Helai Kain.
Musuh dari laut Tuanku Hitam Berdarah Putih yang menanti, Musuh datang dari hilir Pangeran Tumenggung Kebul di Bukit yang menahan, Musuh berada di tengah Depati Empat Delapan Helai Kain yang mengusir.
Keatas Sepucuk, Kebawah Seurat, Sehilir Semudik, Seiya Sekata, Datang Untung Bersama Berlaba, Datang Rugi Bersama diterima.
Tanah nan Bergabung, Sungai nan Berlaras, hak milik masing-masing. Tidak dibenarkan Beraja di Hati Bersutan di Mata. Serang menyerang dihindari, yang kusut bersama diselesaikan, yang keruh bersama di jernih, yang benar bersama dipakai, yang salah bersama dibuang.

Maka dikukuhkanlah Adat Lembago Alam Kerinci, Adat Alam Kerinci apa yang telah ada, Adat Bersendi Syarak, Syarak bersendi Kitabullah.
Undang-undang kembali ke Minangkabau, Taliti kembali ke Jambi. Emas seEmas tinggal di Alam Kerinci, Kitabullah tinggal di Kerinci, Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah.

Adapun Alam Kerinci mendapat Watas Wilayah sebagai berikut :

Penetai Pematang Putus, Takulek Jatuh Kacinde Lapeh, Tamiai Merentak Mudik, Gunung Kerinci Merentak Hilir, Sungai Ligo Sako Kecik berbunyi Kuaou, Sungai Pagu be-Air Terjun, KERINCI TINGGI namanya.
Tanah Rendah Tanah Abang, Pulau Rengas Batang Asai, Sungai Manau Pangkalan Jambu, KERINCI RENDAH namanya.


RIWAYAT KARANG SETIO
(sumber : Surat Bertulisan Melayu ditulis pada kertas, yang tersimpan di Mendapo Kemantan)

Surat akan jadi ingatan Kiyai Depati Raja Muda. wakatibuhu PADUKA SERI MUHAMMAD SYAH JOHAN BERDAULAT illahi fil'alam.
Diperbuat Surat ini di Inderapura pada Bulan Ramadhan 23 sanah 12(..?)6, Demikianlah supaya maklum tuan-tuan yang melihat surat ini.

Fasal pada menyatakan patuturan dan pakauanan Yang Dipertuan Inderapura dengan Kerinci. Bahwa pada awalnya Yang Dipertuan Berdarah Putih tetap diatas Tahta Kerajaan pada Negeri Jayapura Ujung Tanah Pagaruyung Serambi Alam Minangkabau, memerintah sekalian daerah Pesisir Barat.

Pada Suatu hari maka datanglah Datuk Permidiwasa dari Tapan hendak menghadap Duli Yang Dipertuan. Titah Yang Dipertuan : " Hendaklah bawa segera dia kemari " , maka Datuk Permidiwasa segera menghadap. Maka ditegur oleh yang Dipertuan : " apa kabar datuk Permidiwasa ? ". Sembah Datuk Permidiwasa : " Patih bertemu dengan seorang manusia muara hutan sebelah bukit barisan ini, dia hendak menghadap Duli Yang Dipertuan, dia patih bawa ikut serta dengan patih, jika boleh dia menghadap, patih panggil akan dia, jika tidak patut pekerjaan patih itu, diharapkan Yang Dipertuan memberi ampun diatas batu kepala patih yang bebal ini, dan supaya patih segera melenyapkan dia dari sini.

Titah Yang Dipertuan : " panggil akan dia segera kemari ". kemudian orang itupun datang. Titah Yang Dipertuan : " Siapa namamu dan darimana asalmu ? ". Jawabnya : " aku datang dari negeri sebelah bukit barisan, namanya KERINCI, nama aku RAJA BERKILAT, dusanak aku RAJA BAKAWIA. Titah Yang Dipertuan : " Adakah negeri disebelah bukit barisan ini ? ". Jawab Raja Berkilat : " Ada, Yang Dipertuan ". Titah Yang Dipertuan : " Kalau begitu marilah kita membuat SUMPAH SETIO supaya negeri aku dan negeri kamu menjadi satu ". Jawab Raja Berkilat : " Tidak aku berani membuat Sumpah Setio dengan Yang Dipertuan, kerena aku ini suruhan orang ". Adalah Pertuanan aku bernama Raja Muda pancarannya daripada Tuan Perpatih Sebatang dari Minangkabau, jika Yang Dipertuan hendak bersumpah setio, dengan beliau itulah ".

Maka Raja berkilatpun pulang ke Kerinci membawa kabar kepada Raja Muda, maka berpatutanlah mufakat itu. Maka Raja Berkilat pun merambah jalan yang semak, menggabung batang yang terlintang, meranteh onang yang berjahit dari Kerinci ke Jayapura, di Istana Taluk Air Manis. Maka Yang Dipertuan naik dari Jayapura, Raja Muda naik dari Kerinci, maka bertemulah diatas Bukit Peninjau Laut. Dibuatlah Balai Panjang duabelas, yaitu dua belas hasta. Maka dipotonglah Kerbau Putih tengah dua, yaitu kerbau bunting. Dipertigalah kepeng yang sekepeng, diaru darah kerbau, diamakan dagingnya, nyawanya dipersembahkan. Kalau ke Gunung, Gunung Yang Dipertuan, kalau ke Laut, Laut Depati 4, sedalam laut setinggi langit, nan tidak lapuk oleh hujan, tidak lekang oleh panas.

Siapalah orang yang bersumpah ? Raja Muda dari Kerinci, Depati Rantau Telang dari Kerinci Rendah.
Siapa yang mengarang Sumpah Setio ? Ialah Pangeran Keburu di Bukit datang dari Tanah Jambi.

Maka jadilah Tanah Kerinci Tanah Menang, yaitu tanah pertemuan raja, antara Sultan Jambi dan Sultan Inderapura. Jika menghadap ke hilir jadilah beraja ke Jambi, jika menghadap ke barat, ialah ke Inderapura. Akan kepeng sekepeng dipertiga : sepertiga ke pesisir balik bukit, sepertiganya ke Kubang Sungai Pagu, sepertiganya tinggal di Kerinci. Maka diguntinglah Rambut Yang Dipertuan Berdarah Putih, tinggal di Kerinci ganti batang tubuh Yang Dipertuan. KERIS MALILA mengaru Karang Setio yaitu Keris Malila Panikam Batu. Takkala Yang Dipertuan naik ke tanah daratan di Pulau Langka Puri, dari Gunung Gemala Rampah jadilah Keris itu Lantak tempat bergantung oleh Yang Dipertuan, itupun tinggal di Kurinci akan ganti tulang belakang Yang Dipertuan, sarungnya kembali ke Jayapura. Dan Mangkuk tempat Mengarang Setio tinggal di Kerinci akan ganti mulut Yang Dipertuan. Raja Berkilat diberi Gelar Pemangku Sukarami Hitam, karena tidak mengubah kata Raja Pertuanannya. Apalah pekerjaannya ? jalan semak dirambah, batang melintang di gabung. Jadi kuatlah perjanjian itu dan hendaklah dipegang dan diingatkan ke anak cucu.

Barang siapa mengubah dikutuk Allah dikutuk Rasulullah dan Quran 30 juz. Dikutuk Karang Setio, dimakan Biso Kawi, Anak dikandung menjadi Batu, Padi diTanam Lalang yang Tumbuh.

Sumber : sakti-alamkerinci.blogspot.com



Rabu, 23 November 2011

Siulak Tanah Sekudung

SIULAK TANAH SEKUDUNG
Beranjung Lain Tapian Dewek, Adat Lain Pusako Mencin

Hiang belum banamo Hiang Tinggi, agi banamo Koto Jelatang, ditunggu nenek batigo orang:
Nenek Panglimo Bayang Allah, Bagindo Yanti, Paribut Sakti
Sungai Penuh belum banamo Sungai Penuh, agi banamo Padang Imbo Luling, di tunggu Nenek Siak Lengih, bakoto di Koto Pandan, bapondok di Pondok Tinggi

Sungai Liuk belum banamo Sungai Liuk, agi banamo Sungai iluk, di tunggu Depati Marajo, bakoto di Koto Lolo, bapondok di Sungai Iluk

Kemantan belum banamo Kemantan, agi banamo Talang Banio, di tunggu Nenek Ngermat Besi

Semurup belum banamo Semurup, agi banamo Koto Payung Semurup Tinggi, ditunggu Nenek Rajo Besar, bakoto di Koto Payung, bapondok ka Batu Panyurat Rajo

Koto Bingin ditunggu Nenek Pariman Cayo

Siulak belum banamo Siulak, agi banamo Rantau Kabun Kabun, masuk nenek kito batigo urang:
  1. Nenek Mangkudum Wali Sakti, tatepat dio di Koto Batu
  2. Nenek Mangkudum Wali Semat, tatepat dio di Koto Jering
  3. Nenek Mangkudum Darat, tinggan di Guguk Tinggi, barulang mandi ke sungai keliki, barusik ke sungai lingkat, dio balik ke betung berdarah


Tanah Yang TIGO JEMBO : Pertama Tanah Sugih, Kedua Tanah pilih, Ketiga Tanah Putih, KEEMPAT SIULAK TANAH SEKUDUNG, yaitu potongan tanah yang tigo jembo, Beranjung Lain Tapian Dewek, Adat Lain Pusako Mencin.
Tanah Ulayat dibawah DEPATI NAN TIGO LURAH :
1. Depati Mangku Bumi
2. Depati Simpan Bumi
3. Depati Intan

Dizaman dulu, siulak tanah sekudung tergabung kedalam Mendapo Semurup, tetapi setelah Depati Intan Kumbalo Bumi mendapat Cap Piagam Tanah Ulayat nya pada Tahun 1116 H yang di tandatangani/ di cap oleh Rajo Jambi Pangeran Depo Pangeran Suto dan Pangeran Tumenggung, Siulak terpisah dari Mendapo Semurup.

Adapun di dalam piagam disebutkan :
" Hilir sehingga Aro Tebing Tinggi, mudik Ladeh Gento Gunung Berapi, ingat ulayat Depati Intan Kumbalo Bumi, hutan tanah sudah bergabung memerintah sendiri, Jauh Rajo Akan Ganti Rajo, Parak Rajo Kebayang Rajo. Sejak dari Gunung Patah Sembilan, terus ke Gunung Bujang, tersiku Gunung Berapi, betung berlarik di Sungai Garam, terjun bertemu tempat Ninik Mandaro Putih di Atas, Gunung Gedang Ulu Terao, Sejajar dengan Tanjung Simalindu, sebelah ilir Depati Intan Kumbalo Bumi Tigo Luhah Tanah Sekudung, sebelah mudik Tengku Bergombak Putih, diam di lekuk Sungai Pagu, apolah buwat dengan janji sado berungko dan berkuwao, berayam gerugo hutan, sado berkayu merantih ambai ayam, berdamar kepalo tupai, berbungo sebelas hari, berburung puyuh rimbo, itulah pegangan beliau situ, pegang ninik kito yang balik Alam Kerinci ".

Dalam cap piagam Depati Mangku Bumi Tuo Suto Menggalo di sebut kan; mudik benso derajo, hilir rio jung panjang, di tengah tempat ninik jadun, sebelah mudik ingatkan dio Depati Mangku Bumi Tuo Suto Menggalo, setitik air seekor ikan, sebatang laras sehelai daun, iyolah beliau yang punyo, semerah sementri nyo, seanak jantan anak betinonyo, itulah buat dengan janji, jangan di ubah jangan di langgar. Selamo gagak hitam, selamo puntun putih, kalau terlanggar sado itu, di kutuk kuran 30 juz, dikutuk Pangeran Temenggung Kubur Dibukit, keatas idak berpucuk kebawah idak berakar, ditengah di girik kumbang


TAMBO DEPATI MARAJO

Depati Marajo duo beradik:
  1. Depati Marajo Pamuncak Alam, beliau tinggan di Sungai Liuk, ngingatkan pelak ngan sembilan jumpuk, kelapo sembilan batang, tebat sembilan panggung, arah sembilan bidang
  2. Depati Marajo Hitam,balik ketanah Siulak menepat ka dusun Tanjung Merkah Kembang Dusun Tanjung Beringin Sunsang, di Muaro Sungai Numbuk

Siapo menyusuk siapo nyeluang, siapo menyencang siapo meleteh, iyolah Depati Merajo Hitam, kedarat bapayung alam, dio membuat pangkan arah baru, ado pangkan arah di mudik Dusun Koto Jiwa, siapo mengirit empai tali menukun lantak, iyolah Nenek Rajo Liko, siapo menukun lantak iyolah Nenek Datuk, kcik idak basebut gela, gedang idak basebut namo, sado dilingkap arah seratuh, mano di kato arah seratuh, hilir Dusun Koto Jiwa, lah tumpun ayi mukai, lujung tempat Puti Seterus Mato, mudik sikubu bejajar tigo
Menarah kekoto batu, singgah menutuh daun sikai
Mano dikato arah seratuh, belakang dusun siulak mukai
Mudik nenek kito Depati Merajo Hitam, ke darat bapayung alam tatepat kepayang bajajar tigo, lah mudik pematang lentik, lah tengah kapalok ala panjang, apo maksud ala panjang, untuk mengaye arah seratuh

Nak naki koto jelatang
Singgah menutuh daun sikai
Mano dikatokan ala panjang
Mudik dusun siulak mukai
Mano di kato ala pandak
Mudik dusun siulak kcik

TAMBO DEPATI MANGKU BUMI

Bermulo nenek kito Imam Bajeli turun di Koto Jeli barusik di Koto Jering beranak limo urang perempuan:
1.Gento Menggalo, dio balik ke Siulak Gedang
2.Gento Meh, balik ke Siulak Panjang
3.Gento Alat, balik ke Semurup di Koto Mudik
4.Gento Asing, balik ke Koto Majidin
5.Gento Ayun, balik ke Koto Payang

Gento Meh kawin dengan Menggung Tuo Susun Negeri anak Tuanku Mangkudum Semat ngan Nenek Selayu dari Sumanik Batu Sangkar, mako beranak 4 urang, satu jantan tigo batino:
1. Mat Catah
2. Salih Hitam Muretap Bumi
3. Salih Kcik Mendering Sakti
4. Salih Kcik Selayang Mirat

Mat Catah dio lah yang bersembah ke tanah Jambi menghadap Rajo dari Jambi mako mendapat gelar pusako Depati Mangku Bumi Kulit Putih Suko Burajo.


SIULAK MUKAI LUHAH DEPATI INTAN

Siulak Mukai Kalbu yang Limo, enam ngan Koto Beringin ditunggu Depati balimo orang:
1. Depati Intan Tengah Padang
2. Depati Pagar Bumi Jati
3. Depati Intan Kumbalo Bumi
4. Depati Sengado
5. Depati Paduko Rajo

Manolah uteh bateh Depati Sengado dengan Depati Intan Kumbalo Bumi, diatas batu bapìntu, lah tengah lantak mas tujuh bedarik, lah bawah tempat Puti Seterus Mato, kalu sebelah mudik arah dio Depati Intan Kumbalo Bumi, kalu sebelah hilir arah dio Depati Sengado

Manolah uteh bateh Depati Intan Kumbalo Sri dengan Depati Intan Pagar Bumi Jati, kalateh sungai angat samo tengah sungai bacipang tigo, tepat ka alu bajajar tigo,kalu singgok itu mudik ingatkan dio Depati Intan Pagar Bumi Jati

Depati Intan Pagar Bumi Jati kalbu yang tigo:
1. Depati Pagar Bumi Jati
2. Depati Intan Susun Negeri
3. Depati Intan Nyalo Negeri
Ado pasko tataruh di situ iyolah Cundik Belang Pandai Merangkak

Depati Intan Tengah Padang kalbu yang tigo:
1. Depati Intan Tengah Padang
2. Depati Intan Kualo Jambi
3. Depati Intan Tanah Mataram
Ado pusaka tataruh di situ namo nyo Cap Karang Hindu

Depati intan 3 beradik:
1. Depati Intan Kumbalo Bumi
2. Depati Intan Muaro Basumai
3. Depati Intan Alam Pangku
Ado pusako tataruh disitu iyolah Bayang Iwan Batali Suto

Depati Sengado kalbu yang tigo:
1. Depati Sengado Susun Negeri
2. Depati Sengado Jahit Negeri
3. Depati Sengado Dinding Negeri

Rajo Sulah kalbu yang empat:
1. Sulah Putih
2. Sulah Kudrat
3. Sulah Panjang Belang
4. Sulah Besar

Sulah Besar, Depati nyo duo orang:
1. Depati Sengado
2. Depati Penawa

Rajo Kamulu kalbu yang tigo:
1. Rajo Kamulu Tuo
2. Rajo Kamulu Putih
3. Rajo Kamulu Bendar Kayo

Rajo Kamulu Bendar Kayo, Depati nyo Depati Intan Muaro Basumai
Arah dio hilir batu bajajar duo tempat siamang mati berayun, mudik senggok ladeh gunung berapi ingat jajar serajo tuntut gedang
Ado pasko titaruh di situ namonyo Kendi Batu Manek Pasbah Tungkat Paci

Datuk itu dibagi tigo:
1. Datuk Dewo Nyato, Depati Paduko Rajo Permenjati Hampa Pusako
2. Datuk Menti, Depati Paduko Rajo Permadani Hampa Pusako
3. Datuk Agung Pangulu, Depati Paduko Rajo Tiang Setio
Ado pasko titaruh disitu iyolah Piuk Gedang Ksu Suaso, tanah sikepen jawa mataram umput antai umput pusmat, kain panjang cabuk berukir, sekali kipeh ka hilir tampak treh tarunjam di tanah abang, sipanigeng tanah mentawi.

Koto Beringin kalbu yang tigo:
1. Depati Sungai Langit Gedang
2. Depati Mandaro Udo
3. Depati Merajo Sangkar Bulan
Permenti nyo duo orang:
1. Rajo Pilih
2. Jagung Merajo Indah
Ado pusako tataruh disitu iyolah Bungkan Gigit Lepo yang amat panjang, Gantang yang amat gedang.
Mano arah Depati Sungai Langit, hilir benda sipineng, mudik muaro Sungai Pauh, di ujung kemintan bacipang empat, ke air ka air gedang


SIULAK PANJANG LUHAH DEPATI MANGKU BUMI

Siulak Panjang kalbu yang tigo, empat dengan Dusun Baru Luhah Demang Jagung:
1. Pumangku Rajo
2. Jindah Putih Tabin Negeri
3. Tumenggung Adil Bicaro

Tumenggung itu berempat urang:
1 .Tumenggung Tuo Susun Negeri
2. Tumenggung Pasak Negeri
3. Tumenggung Adil Bicaro
4. Tumenggung Handir Kayo

Ngan menunggu empat lawang Siulak Panjang
Depatinyo tigo orang:
1. Depati Mangku Bumi
2. Depati Agung
3. Depati Sengalo

Serajo itu balimo urang:
1. Serajo Tunggan
2. Serajo Tuntut Gedang
3. Serajo Tumbuk Kerih
4. Serajo Bungkuk
5. Serajo Duo Kaludun

Dusun baru kalbu yang tigo:
1. Demang Sakti
2. Jagung Susun Negeri
3. Rio Bayan Putih, Depati nyo Depati Mudo dari Kemantan  Air Hangat turunan Nenek Debai, Salih Kcik bakuluk alam belum banamo Siulak Panjang, agi banamo Pulau Panjang, agi banamo Koto Muaro, agi banamo Koto Cempedak, mako datang lah Nenek Pangulu Ajo dengan ngacak dusun laman, nek menggung tuo ngan menyusun dusun laman.
Apo pasko titaruh di situ:
1. Gendang Mas Batali Suto di Umah Gedang Jindah Putih
2. Cap Karang Hindu namo nyo surat temat idak babarih di Umah Gedang Depati Agung
3. Keris Sapu Derajat
4. Sumpit Ipuh Bademah Mas di Umah Gedang Demang Rio Bayan
5. Gading Gajah Batuah di Umah Gedang Rio Mudo

Manolah arah Nenek Demang, mudik lubuk sawah anggah teruh kalubuk batuah sampai kedarat tanggo bajuntai.
Manolah arah Jindah Putih, sejak setanggi bedarik, hilir tempat Nenek Demang, ka air ka air gedang, lah mudik muaro sungai jambu, itulah arah Jindah Putih
Manolah arah Tumenggung Adil Bicaro, hilir tempat Depati Intan Kumbalo Sri, kamudik Bendar Sipineng, lah lujung arah Depati Intan, lah tumpun ayi gedang, itulah arah Tumenggun.
Siulak panjang kalbu yang tigo, sapo menyusuk, sapo ngeluang, sapo menyencang, sapo meletih iyolah Nenek Demang.

TIGO LUHAH SIULAK GEDANG

Siulak Gedang kalbu yang tigo:
1. Serajo Tuntut Gedang, Luhah Serajo
2. Tumenggung Nyato Depati, Luhah Tumenggung
3. Jagung Tuo Nyato Depati, Luhah Jagung

Manolah arah Serajo Tuntut Gedang, hilir aro tebing tinggi, ke air arah Rajo Sulah Depati Sengado, sebelah tumpun bendar cigeng tepat di tempat Nenek Bujang Agung itulah arah dio Serajo.
Manolah arah Tumenggung Nyato Depati, hilir bendar cigeng, ke air tanjung kemintan, mudik muaro sungai lingkat, sebelah tumpun koto aur, itulah arah Tumenggung Nyato Depati
Manolah arah Jagung Tuo Nyato Depati, ke air ke air gedang, hilir muaro sungai lingkat, mudik guguk ndah guguk tinggi,sebelah tumpun arah tuanku imam manjek, itulah arah jagung tuo
Siulak Gdang kalbu yang tigo, siapo ngan nyusuk, siapo ngan ngaluang, siapo meletih iyolah Nenek Bujang Agung.









BERDIRINYA ULAYAT TANAH 
TIGA LUHAH TANAH SEKUDUNG

Tiga Luhah Tanah Sekudung dikukuhkan dengan ada Piagam Tanah Ulayat Depati Intan Kumbali Bumi, yang diterima dari Seri Sultan Kerajaan Jambi. Adapun watas tanah ulayat meliputi:  Hilir Aro Tebing Tinggi, Mudik Ladeh Bento Gunung Berapi (Gn.Kerinci). 
Adapun sebagian dari isi piagam tersebut  adalah sebagai berikut :
Hijrat Nabi SAW Tahun 1116, sesudah Hari Raya Haji. Seri Sultan Wijaya mengadukan piagam kepada Depati Intan Kumbala Bumi, menyerahkan mantri-mantrinya, delapan Pemangkunya, dan Pegawainya, serta hutan tanahnya dan cupak gantangnya, dan anak punakannya. Hilir aro tebing tinggi, mudik ladeh bento gunung berapi. Barang siapa tidak menurut perintah Depati Intan Kumbalo Bumi, di denda ia nya oleh Depati Intan Kumbalo Bumi. Itulah titah Pangeran Suto Duli Pangeran Depati dan Duli Pangeran Tumenggung,...........................

Maka teringatlah waktu itu oleh Pangeran Tumenggung bahwa tanah ulayat yang diberikan kepada Depati Intan Kumbalo Bumi, yaitu hilir aro tebing tinggi, telah dilingkung Celak Piagam Belang Depati Rik No Intan Kumbalo Sembah Rajo, Hilir Muaro Sekungkung  Mati, Mudik Danau Bento Gunung Berapi. Maka Pangeran Tumenggung mengirim utusan ke Kerinci , yaitu Depati Kartanegara selaku mewakili Rajo Jambi  lengkap dengan  pengiringnya, dan bermalam di Siulak Mukai  di rumah Depati Intan Kumbalo Bumi, di Mukai Mudik. Tepat pada hari yang ditentukan sekalian rombongan dari Jambi berangkat ke Balai Mendapo Semurup, dan di ikut sertakan orang-orang yang patut dalam mendapo tigo dimudik, untuk menyaksikan perpisahan tanah ulayat antara Siulak dengan Semurup.
Adapun Celak Piagam Belang Depati Rik No Intan Kumbalo Sembah Rajo, yang tanah ulayatnya hilir muaro sekungkung mati, mudik danau bento gunung berapi, dibagikan menurut perintah Rajo Jambi. Digabungkan ulayat tanah, dibagikan anak sungai, dikeratkan batang air, hutan selidih belah duo. Depati Kepalo Sembah tinggal di Semurup, Depati Intan balik ke Siulak, seri berjawat tangan antara mamak dengan punakan orang kedua belah pihak, rantau jauh di karano, rantau perka di diulangi, tidak boleh permusuhan lagi. Sejak itulah Siulah Tanah Sekudung berpisah dari Mendapo Semurup.



ICO PAKAI DEPATI TIGO LUHAH
PEMANGKU YANG ENAM PERMENTI YANG DELAPAN


Depati Intan memegang pukat yang panjang, ambang yang lebar, mengetahui orang masuk orang keluar, orang jibut beralih muko, orang yuk, orang timpang, mengetahui huwi puyuh panjang dengut, ketitir panjang rantau, mengetahui pisang tua keladi berisi, tebu yang melingkar urat, pisang masak diguyang-guyang, bunting bereh mendap kedalam, bunting padi tidak berjudu, kalau tidak di arah diatur terdenda tersetio kepada Rajo, Depati Tigo Luhah Tanah Sekudung.
Artinya : Depati Intan memegang Hukum Genting Putus Biang Tebuk, didalam wilayah Tanah Sekudung.
Depati Mangku Bumi Kulit Putih Sibodirajo, memegang kait yang tidak sekah, memegang hukum hutan tanah, rimbo mendawo, ke air berbungo air, kedarat berbungo kayu, sawak keladang berbungo emping. Menerima bea cukai dari petugas-petugas di dalam Tanah Sekudung serta membawanya ke mempuhuk (Kas Negeri) Tigo Luhah Tanah Sekudung.
Rajo Simpan Bumi memegang lantak yang tidak goyah, memegang cermin yang tidak kabur, menyelidiki pekerjaan petugas-petugas disekitar TanahSekudung dan menyimpan kas negeri..

Depati Sengada memegang cincin cinto ado, mengetahui rantau yang panjang, lubuk yang dalam, tebat yang berikan. yaitu mengatur apa-apa saja yang menyangkut masalah peternakan dan pertanian, dan mengatur serah jajah (bea cukai) didalam tanah sekudung.


Panduko Rajo memegang senjata pandak senjata panjang, mengetahui parit yang terhampar, ranjau yang lapuk, dimana musuh yang masuk, memegang Pancung Sulo Denda Setio di dalam Tanah Sekudung, atas keputusan Pemangku yang Enam Permenti yang Delapan, dan di sahkan oleh Depati Tigo Luhah Tanah Sekudung, yang jauh Rajo keganti Rajo, Parak Rajo Kebayang Rajo.