Rabu, 02 November 2011

Teh Kajoe Aro Hangatnya Disukai Ratu Inggris

IF you are cold, tea will warm you.
If you are too heated, it will cool you.
If you are depressed, it will cheer you.
If you excited, it will calm you.
(Pakar teh dunia dari Inggris, WE Gladstone, 1865)



Hijaunya bagaikan bentangan permadani


Perkebunan teh dalam satu hamparan yang terluas di dunia ternyata ada di Indonesia, yaitu di Kayu Aro, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, sekitar 452 km sebelah barat Kota Jambi. Lokasi tepatnya, nun jauh di sana, di kaki sebelah selatan Gunung Kerinci, gunung tertinggi di Sumatera (3.805 meter dari permukaan laut). Mata kami seperti tak ingin berkedip saat melintasi perkebunan teh Kajoe Aro yang dibuka sejak tahun 1925 M.

PT Perkebunan Nusantara VI (PT PN VI) yang menaungi atau mengelola perkebunan teh Kayu Aro saat ini memproduksi teh dengan merek dagang Kajoe Aro. Teh Kajoe Aro ini dibudidayakan di dataran tinggi (highland tea), pada ketinggian 1.400 sampai 1.600 meter dari permukaan laut (dpl). Perkebunan teh Kayu Aro merupakan perkebunan teh tertinggi nomor dua di dunia, setelah perkebunan teh Darjeling di kaki Gunung Himalaya dengan luas sekitar 500 hektar yang berada pada ketinggian 4.000 meter dpl. Namun,perkebunan teh Darjeling di kaki Gunung Himalaya tidak bisa dipetik sepanjang tahun, karena pada musim dingin tertutup salju.

Sejak pukul 07.00, aktivitas ratusan pemetik teh mulai hidup. Perempuan-perempuan setengah baya menggendong keranjang anyaman rotan dari rumah. Mereka langsung sibuk memetik pucuk-pucuk teh hijau dan menyusunnya dalam keranjang rotan, sambil asyik mengobrol satu sama lain. Suasananya sedikit aneh ketika mendengar mereka bercakap-cakap. Rasanya memang tidak seperti di Sumatera karena mereka menggunakan bahasa Jawa. Berusaha meyakinkan diri sendiri, saya bukan sedang di tanah Jawa kan? Dan, sebuah pertanyaan spontan meluncur, “Mengapa mereka tak ada yang berbahasa Melayu Jambi, padahal kita sedang berada di Kerinci?”

Perkebunan Teh Kajoe Aro yang dibangun sekitar tahun 1925 oleh perusahaan Belanda, Namblodse Venotschaaf Handle Veriniging Amsterdam (NV HVA), ini semula digarap ramai-ramai oleh kuli atau pekerja-pekerja yang sengaja didatangkan dari Pulau Jawa. Nah, pemetik teh yang sekarang adalah anak-anak atau cucu-cucu para kuli pada masa lalu. Di Perkebunan Teh Kajoe Aro telah berkembang permukiman para pemetik kebun, lengkap dengan sarana kesehatan, pendidikan, dan pasar.

“Dari nenek, ibu, dan saya sendiri, kami semua bekerja di kebun teh ini,” tutur Ngadinem, pemetik teh yang neneknya berasal dari Pati, Jawa Tengah. Setelah mengobrol beberapa saat, Ngadinem mengingatkan kami untuk sebaiknya jangan sampai lupa mengunjungi Aroma Pecco, wisma dan taman di kawasan perkebunan. Di sana terdapat sebuah pohon teh berusia ratusan tahun. Diameternya sekitar dua meter.


 

Perkebunan Teh Kayu Aro dengan latar Belakang Gunung Kerinci

Sjafrin Noer dari Bagian Humas PT Perkebunan Negara (PTPN) VI, yang mengelola perkebunan seluas 3.020 hektar ini, menjelaskan, pohon tersebut adalah salah satu yang tertua yang sengaja dilestarikan PTPN VI. Di sana juga terdapat buku-buku berbahasa Belanda yang memuat seputar Perkebunan Teh Kajoe Aro. Dari buku dan ceritanya, kami baru mengetahui besarnya perkebunan ini, dan begitu terkenalnya produk teh ini di mata dunia. Sekaligus juga kami berpikir, mengapa Perkebunan Teh Kajoe Aro malah tidak begitu dikenal di Tanah Air. Setidaknya kalah populer oleh perkebunan teh di Jawa Barat. Ini dikarenakan sebagian besar dari produksi teh kayu aro sengaja di ekspor ke luar negeri.

Tak hanya saat menikmati sejuk dan indahnya hijau perbukitan yang berada di ketinggian 1.400 meter hingga 1.600 meter dari permukaan laut (dpl). Selain menyaksikan pohon-pohon teh tua varietas Seddling asli didatangkan dari Belanda, kita juga dapat menikmati citarasa teh sesungguhnya.

Hendrik, asisten pabrik yang ditemani dua petugas tester berusia setengah baya, kemudian mengajak kami mencicipi enam rasa Teh Kajoe Aro terbaik di pabrik ini yang disebut Grade I. Cangkir-cangkir porselen disusun berderet, dan diisi teh berwarna agak kuning kemerahan. Minuman teh itu dicicipinya sesendok demi sesendok, dengan mulut yang memoncong, lalu air dalam sendok itu dihirup dengan cepat. Slurppp….

“Beginilah cara mengetahui rasa dan wangi Teh Kajoe Aro. Disedot cepat dari mulut. Memang terdengar agak keras, tetapi akan lebih terasa citarasa tehnya,” tuturnya.

Sekilas tak tampak perbedaan di antara teh-teh tersebut. Warnanya setelah diseduh dalam cangkir menjadi hampir-hampir sama, wanginya juga.

Enam rasa teh terbaik Kajoe Aro adalah jenis broken oranye pecco (BOP), broken oranye pecco fanning (BOPF), pecco fanning (PF), broken tea (BT), broken pecco (BP), dan dust. Masing-masing memiliki rasa yang berbeda meski sama-sama digolongkan teh hitam.

“Jika baru mencoba mencicipi, memang agak kurang peka membedakan wangi dan rasanya,” tutur Hendrik lagi.

Namun, jika minum teh ini sudah menjadi kebiasaan dalam keseharian, akan jadi mirip seperti ketika kita minum anggur. Kita takkan lupa meresapi aromanya terlebih dahulu sebelum meminumnya dan tak perlu mencampurnya dengan gula karena sesungguhnya ada rasa manis yang spesifik pada teh ini. Perbedaan rasa pada masing-masing jenis teh tercipta dari fermentasi pada suhu tertentu yang menghasilkan enzim-enzim berbeda pembentuk rasa dan warna. Rasa teh jenis dust, misalnya, sangat kuat dan kelat di lidah, sedangkan warnanya pekat. Rasa teh jenis BP dominan mentol. Kalau yang jenis BOP warnanya lebih jingga, rasanya tidak terlalu kelat.

Seluruh jenis teh ini diakui oleh para penikmatnya, sebagai teh dengan citarasa terbaik yang ada di dunia. Itu sebabnya Ratu Inggris Elizabeth II masih setia menikmati Teh Kajoe Aro setiap hari. Bahkan, 80 persen dari hampir enam juta kilogram produksi teh kering per tahun yang dihasilkan PTPN VI, diekspor ke Inggris. Sisanya, diekspor ke sejumlah negara di Eropa, Timur Tengah, dan dalam negeri. Selain teh-teh Grade I, ada delapan jenis lain yang diproduksi, masuk kategori Grade II dan III.

Pada penjajahan Belanda, teh Kayu Aro dikenal sebagai minuman Ratu Belanda, Wihelmina. Sekarang diyakini juga menjadi minuman favorit Ratu Belanda Beatrix.

Teh Kajoe Aro diproses tanpa campuran kimia dan bermanfaat untuk kesehatan karena mengandung riboflavin yang membantu pertumbuhan, pencernaan, dan vitalitas; Polifenol sebagai antioksidan jenis biolavanoid yang 100 kali lebih efektif dari vitamin C. Ini juga 25 kali lebih efektif dari vitamin E yang sangat berguna mencegah kolesterol jahat pemicu pertumbuhan plak penyumbat pembuluh darah arteri.

Hingga kini, pabrik teh Kayu Aro yang berusia 70 tahun itu merupakan pabrik teh terbesar di dunia dan masih aktif berproduksi.

Sumber : (Dikutip dari Kompas 26 Januari 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Secara Sopan