Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan

Kamis, 24 November 2011

Karang Setio Nan Semangkuk


Latar Belakang Berdirinya Lembago Adat Alam Kerinci, IKRAR SETIA (KARANG SETIO)
di Bukit Peninjau Laut

Undang-undang Turun dari Minangkabau, terus ke Hiang ke Betung Kuning, ke Cupak angkai berderik, terus ke Seleman, mako Seleman bernama Muara Undang
Taliti ( Talitai ) mudik dari Jambi, terus ke Tamiai, mako Tamiai bernama Puncak Taliti.
Nenek Tiang Bungkuk merasa susah, maka buah pohon pisang yang menggantung menghadap ke Jambi - maka pohon pisang ditebang, ayam berkokok menghadap ke Jambi-ayam dibunuh.

Tersebutlah sebuah peristiwa bersejarah, yaitu rapat yang diadakan di Bukit Peninjau Laut/ Sitinjau Laut (sebuah bukit yang berada di sekitar daerah Lunang sekarang, dimana dari atas bukit tersebut nampak terlihatlah Lautan Samudera Hindia, maka Bukit itu dinamakan Peninjau Laut).

Untuk keperluan Rapat maka dibangunlah sebuah Gedung sangka tujuh panjang delapan bersegi tiga/ bergonjong tiga, atapnya warna tiga. Atap/ gonjong ijuk dari Alam Minangkabau, Atap Sekaki (daun sike) dari Alam Jambi, Atap gonjong kayu dari Alam Kerinci, maka bernama RAPAT TIGA ALAM.

Apakah yang dirapatkan ? yaitu merapatkan ketetapan Adat dengan Lembaga Alam Kerinci, undang dengan talitinya, Syarak dengan qiyasnya.

Maka dihanguskanlah (dibunuh) kerbau putih setengah dua (yaitu kerbau bunting), ditambah dengan kambing satu ekor. Kerbau diambil dari Bukit Siguntang-guntang, kerbau dibunuh oleh Siak Lengis. Cabe, beras dan kawah dari Alam Kerinci. Garam, kelapa, rempah-rempah dari Muko-muko (dari minangkabau). Kambing Irang dari Sitinjau Laut. Daging kerbaupun dimakan, Tulangnya ditanam, Darahnya dikacau menjadi KARANG SETIO nan SEMANGKUK, nyawanya jadi persembahan dan persumpahan.
Adapun Hasil Rapat adalah : Kepeng Sekepeng (uang sekeping; kata kiasan) dibelah tiga, yaitu :
  • Sepertiga Jatuh ke Renah Bukit (Alam Jambi), menjadi Gajah Putih Seberang Laut
  • Sepertiga Jatuh ke Alam Minangkabau, menjadi Buaya Kumbang di Pagaruyung
  • Sepertiga jatuh ke Alam Kerinci menjadi Naga Sakti Bergelang Emas, emas Rajo emas Jenang
  • Gunung yang memuncak adalah Gunung yang Dipertuan, Laut yang berdebur adalah laut Depati Empat Delapan Helai Kain.
Musuh dari laut Tuanku Hitam Berdarah Putih yang menanti, Musuh datang dari hilir Pangeran Tumenggung Kebul di Bukit yang menahan, Musuh berada di tengah Depati Empat Delapan Helai Kain yang mengusir.
Keatas Sepucuk, Kebawah Seurat, Sehilir Semudik, Seiya Sekata, Datang Untung Bersama Berlaba, Datang Rugi Bersama diterima.
Tanah nan Bergabung, Sungai nan Berlaras, hak milik masing-masing. Tidak dibenarkan Beraja di Hati Bersutan di Mata. Serang menyerang dihindari, yang kusut bersama diselesaikan, yang keruh bersama di jernih, yang benar bersama dipakai, yang salah bersama dibuang.

Maka dikukuhkanlah Adat Lembago Alam Kerinci, Adat Alam Kerinci apa yang telah ada, Adat Bersendi Syarak, Syarak bersendi Kitabullah.
Undang-undang kembali ke Minangkabau, Taliti kembali ke Jambi. Emas seEmas tinggal di Alam Kerinci, Kitabullah tinggal di Kerinci, Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah.

Adapun Alam Kerinci mendapat Watas Wilayah sebagai berikut :

Penetai Pematang Putus, Takulek Jatuh Kacinde Lapeh, Tamiai Merentak Mudik, Gunung Kerinci Merentak Hilir, Sungai Ligo Sako Kecik berbunyi Kuaou, Sungai Pagu be-Air Terjun, KERINCI TINGGI namanya.
Tanah Rendah Tanah Abang, Pulau Rengas Batang Asai, Sungai Manau Pangkalan Jambu, KERINCI RENDAH namanya.


RIWAYAT KARANG SETIO
(sumber : Surat Bertulisan Melayu ditulis pada kertas, yang tersimpan di Mendapo Kemantan)

Surat akan jadi ingatan Kiyai Depati Raja Muda. wakatibuhu PADUKA SERI MUHAMMAD SYAH JOHAN BERDAULAT illahi fil'alam.
Diperbuat Surat ini di Inderapura pada Bulan Ramadhan 23 sanah 12(..?)6, Demikianlah supaya maklum tuan-tuan yang melihat surat ini.

Fasal pada menyatakan patuturan dan pakauanan Yang Dipertuan Inderapura dengan Kerinci. Bahwa pada awalnya Yang Dipertuan Berdarah Putih tetap diatas Tahta Kerajaan pada Negeri Jayapura Ujung Tanah Pagaruyung Serambi Alam Minangkabau, memerintah sekalian daerah Pesisir Barat.

Pada Suatu hari maka datanglah Datuk Permidiwasa dari Tapan hendak menghadap Duli Yang Dipertuan. Titah Yang Dipertuan : " Hendaklah bawa segera dia kemari " , maka Datuk Permidiwasa segera menghadap. Maka ditegur oleh yang Dipertuan : " apa kabar datuk Permidiwasa ? ". Sembah Datuk Permidiwasa : " Patih bertemu dengan seorang manusia muara hutan sebelah bukit barisan ini, dia hendak menghadap Duli Yang Dipertuan, dia patih bawa ikut serta dengan patih, jika boleh dia menghadap, patih panggil akan dia, jika tidak patut pekerjaan patih itu, diharapkan Yang Dipertuan memberi ampun diatas batu kepala patih yang bebal ini, dan supaya patih segera melenyapkan dia dari sini.

Titah Yang Dipertuan : " panggil akan dia segera kemari ". kemudian orang itupun datang. Titah Yang Dipertuan : " Siapa namamu dan darimana asalmu ? ". Jawabnya : " aku datang dari negeri sebelah bukit barisan, namanya KERINCI, nama aku RAJA BERKILAT, dusanak aku RAJA BAKAWIA. Titah Yang Dipertuan : " Adakah negeri disebelah bukit barisan ini ? ". Jawab Raja Berkilat : " Ada, Yang Dipertuan ". Titah Yang Dipertuan : " Kalau begitu marilah kita membuat SUMPAH SETIO supaya negeri aku dan negeri kamu menjadi satu ". Jawab Raja Berkilat : " Tidak aku berani membuat Sumpah Setio dengan Yang Dipertuan, kerena aku ini suruhan orang ". Adalah Pertuanan aku bernama Raja Muda pancarannya daripada Tuan Perpatih Sebatang dari Minangkabau, jika Yang Dipertuan hendak bersumpah setio, dengan beliau itulah ".

Maka Raja berkilatpun pulang ke Kerinci membawa kabar kepada Raja Muda, maka berpatutanlah mufakat itu. Maka Raja Berkilat pun merambah jalan yang semak, menggabung batang yang terlintang, meranteh onang yang berjahit dari Kerinci ke Jayapura, di Istana Taluk Air Manis. Maka Yang Dipertuan naik dari Jayapura, Raja Muda naik dari Kerinci, maka bertemulah diatas Bukit Peninjau Laut. Dibuatlah Balai Panjang duabelas, yaitu dua belas hasta. Maka dipotonglah Kerbau Putih tengah dua, yaitu kerbau bunting. Dipertigalah kepeng yang sekepeng, diaru darah kerbau, diamakan dagingnya, nyawanya dipersembahkan. Kalau ke Gunung, Gunung Yang Dipertuan, kalau ke Laut, Laut Depati 4, sedalam laut setinggi langit, nan tidak lapuk oleh hujan, tidak lekang oleh panas.

Siapalah orang yang bersumpah ? Raja Muda dari Kerinci, Depati Rantau Telang dari Kerinci Rendah.
Siapa yang mengarang Sumpah Setio ? Ialah Pangeran Keburu di Bukit datang dari Tanah Jambi.

Maka jadilah Tanah Kerinci Tanah Menang, yaitu tanah pertemuan raja, antara Sultan Jambi dan Sultan Inderapura. Jika menghadap ke hilir jadilah beraja ke Jambi, jika menghadap ke barat, ialah ke Inderapura. Akan kepeng sekepeng dipertiga : sepertiga ke pesisir balik bukit, sepertiganya ke Kubang Sungai Pagu, sepertiganya tinggal di Kerinci. Maka diguntinglah Rambut Yang Dipertuan Berdarah Putih, tinggal di Kerinci ganti batang tubuh Yang Dipertuan. KERIS MALILA mengaru Karang Setio yaitu Keris Malila Panikam Batu. Takkala Yang Dipertuan naik ke tanah daratan di Pulau Langka Puri, dari Gunung Gemala Rampah jadilah Keris itu Lantak tempat bergantung oleh Yang Dipertuan, itupun tinggal di Kurinci akan ganti tulang belakang Yang Dipertuan, sarungnya kembali ke Jayapura. Dan Mangkuk tempat Mengarang Setio tinggal di Kerinci akan ganti mulut Yang Dipertuan. Raja Berkilat diberi Gelar Pemangku Sukarami Hitam, karena tidak mengubah kata Raja Pertuanannya. Apalah pekerjaannya ? jalan semak dirambah, batang melintang di gabung. Jadi kuatlah perjanjian itu dan hendaklah dipegang dan diingatkan ke anak cucu.

Barang siapa mengubah dikutuk Allah dikutuk Rasulullah dan Quran 30 juz. Dikutuk Karang Setio, dimakan Biso Kawi, Anak dikandung menjadi Batu, Padi diTanam Lalang yang Tumbuh.

Sumber : sakti-alamkerinci.blogspot.com



Rabu, 23 November 2011

Siulak Tanah Sekudung

SIULAK TANAH SEKUDUNG
Beranjung Lain Tapian Dewek, Adat Lain Pusako Mencin

Hiang belum banamo Hiang Tinggi, agi banamo Koto Jelatang, ditunggu nenek batigo orang:
Nenek Panglimo Bayang Allah, Bagindo Yanti, Paribut Sakti
Sungai Penuh belum banamo Sungai Penuh, agi banamo Padang Imbo Luling, di tunggu Nenek Siak Lengih, bakoto di Koto Pandan, bapondok di Pondok Tinggi

Sungai Liuk belum banamo Sungai Liuk, agi banamo Sungai iluk, di tunggu Depati Marajo, bakoto di Koto Lolo, bapondok di Sungai Iluk

Kemantan belum banamo Kemantan, agi banamo Talang Banio, di tunggu Nenek Ngermat Besi

Semurup belum banamo Semurup, agi banamo Koto Payung Semurup Tinggi, ditunggu Nenek Rajo Besar, bakoto di Koto Payung, bapondok ka Batu Panyurat Rajo

Koto Bingin ditunggu Nenek Pariman Cayo

Siulak belum banamo Siulak, agi banamo Rantau Kabun Kabun, masuk nenek kito batigo urang:
  1. Nenek Mangkudum Wali Sakti, tatepat dio di Koto Batu
  2. Nenek Mangkudum Wali Semat, tatepat dio di Koto Jering
  3. Nenek Mangkudum Darat, tinggan di Guguk Tinggi, barulang mandi ke sungai keliki, barusik ke sungai lingkat, dio balik ke betung berdarah


Tanah Yang TIGO JEMBO : Pertama Tanah Sugih, Kedua Tanah pilih, Ketiga Tanah Putih, KEEMPAT SIULAK TANAH SEKUDUNG, yaitu potongan tanah yang tigo jembo, Beranjung Lain Tapian Dewek, Adat Lain Pusako Mencin.
Tanah Ulayat dibawah DEPATI NAN TIGO LURAH :
1. Depati Mangku Bumi
2. Depati Simpan Bumi
3. Depati Intan

Dizaman dulu, siulak tanah sekudung tergabung kedalam Mendapo Semurup, tetapi setelah Depati Intan Kumbalo Bumi mendapat Cap Piagam Tanah Ulayat nya pada Tahun 1116 H yang di tandatangani/ di cap oleh Rajo Jambi Pangeran Depo Pangeran Suto dan Pangeran Tumenggung, Siulak terpisah dari Mendapo Semurup.

Adapun di dalam piagam disebutkan :
" Hilir sehingga Aro Tebing Tinggi, mudik Ladeh Gento Gunung Berapi, ingat ulayat Depati Intan Kumbalo Bumi, hutan tanah sudah bergabung memerintah sendiri, Jauh Rajo Akan Ganti Rajo, Parak Rajo Kebayang Rajo. Sejak dari Gunung Patah Sembilan, terus ke Gunung Bujang, tersiku Gunung Berapi, betung berlarik di Sungai Garam, terjun bertemu tempat Ninik Mandaro Putih di Atas, Gunung Gedang Ulu Terao, Sejajar dengan Tanjung Simalindu, sebelah ilir Depati Intan Kumbalo Bumi Tigo Luhah Tanah Sekudung, sebelah mudik Tengku Bergombak Putih, diam di lekuk Sungai Pagu, apolah buwat dengan janji sado berungko dan berkuwao, berayam gerugo hutan, sado berkayu merantih ambai ayam, berdamar kepalo tupai, berbungo sebelas hari, berburung puyuh rimbo, itulah pegangan beliau situ, pegang ninik kito yang balik Alam Kerinci ".

Dalam cap piagam Depati Mangku Bumi Tuo Suto Menggalo di sebut kan; mudik benso derajo, hilir rio jung panjang, di tengah tempat ninik jadun, sebelah mudik ingatkan dio Depati Mangku Bumi Tuo Suto Menggalo, setitik air seekor ikan, sebatang laras sehelai daun, iyolah beliau yang punyo, semerah sementri nyo, seanak jantan anak betinonyo, itulah buat dengan janji, jangan di ubah jangan di langgar. Selamo gagak hitam, selamo puntun putih, kalau terlanggar sado itu, di kutuk kuran 30 juz, dikutuk Pangeran Temenggung Kubur Dibukit, keatas idak berpucuk kebawah idak berakar, ditengah di girik kumbang


TAMBO DEPATI MARAJO

Depati Marajo duo beradik:
  1. Depati Marajo Pamuncak Alam, beliau tinggan di Sungai Liuk, ngingatkan pelak ngan sembilan jumpuk, kelapo sembilan batang, tebat sembilan panggung, arah sembilan bidang
  2. Depati Marajo Hitam,balik ketanah Siulak menepat ka dusun Tanjung Merkah Kembang Dusun Tanjung Beringin Sunsang, di Muaro Sungai Numbuk

Siapo menyusuk siapo nyeluang, siapo menyencang siapo meleteh, iyolah Depati Merajo Hitam, kedarat bapayung alam, dio membuat pangkan arah baru, ado pangkan arah di mudik Dusun Koto Jiwa, siapo mengirit empai tali menukun lantak, iyolah Nenek Rajo Liko, siapo menukun lantak iyolah Nenek Datuk, kcik idak basebut gela, gedang idak basebut namo, sado dilingkap arah seratuh, mano di kato arah seratuh, hilir Dusun Koto Jiwa, lah tumpun ayi mukai, lujung tempat Puti Seterus Mato, mudik sikubu bejajar tigo
Menarah kekoto batu, singgah menutuh daun sikai
Mano dikato arah seratuh, belakang dusun siulak mukai
Mudik nenek kito Depati Merajo Hitam, ke darat bapayung alam tatepat kepayang bajajar tigo, lah mudik pematang lentik, lah tengah kapalok ala panjang, apo maksud ala panjang, untuk mengaye arah seratuh

Nak naki koto jelatang
Singgah menutuh daun sikai
Mano dikatokan ala panjang
Mudik dusun siulak mukai
Mano di kato ala pandak
Mudik dusun siulak kcik

TAMBO DEPATI MANGKU BUMI

Bermulo nenek kito Imam Bajeli turun di Koto Jeli barusik di Koto Jering beranak limo urang perempuan:
1.Gento Menggalo, dio balik ke Siulak Gedang
2.Gento Meh, balik ke Siulak Panjang
3.Gento Alat, balik ke Semurup di Koto Mudik
4.Gento Asing, balik ke Koto Majidin
5.Gento Ayun, balik ke Koto Payang

Gento Meh kawin dengan Menggung Tuo Susun Negeri anak Tuanku Mangkudum Semat ngan Nenek Selayu dari Sumanik Batu Sangkar, mako beranak 4 urang, satu jantan tigo batino:
1. Mat Catah
2. Salih Hitam Muretap Bumi
3. Salih Kcik Mendering Sakti
4. Salih Kcik Selayang Mirat

Mat Catah dio lah yang bersembah ke tanah Jambi menghadap Rajo dari Jambi mako mendapat gelar pusako Depati Mangku Bumi Kulit Putih Suko Burajo.


SIULAK MUKAI LUHAH DEPATI INTAN

Siulak Mukai Kalbu yang Limo, enam ngan Koto Beringin ditunggu Depati balimo orang:
1. Depati Intan Tengah Padang
2. Depati Pagar Bumi Jati
3. Depati Intan Kumbalo Bumi
4. Depati Sengado
5. Depati Paduko Rajo

Manolah uteh bateh Depati Sengado dengan Depati Intan Kumbalo Bumi, diatas batu bapìntu, lah tengah lantak mas tujuh bedarik, lah bawah tempat Puti Seterus Mato, kalu sebelah mudik arah dio Depati Intan Kumbalo Bumi, kalu sebelah hilir arah dio Depati Sengado

Manolah uteh bateh Depati Intan Kumbalo Sri dengan Depati Intan Pagar Bumi Jati, kalateh sungai angat samo tengah sungai bacipang tigo, tepat ka alu bajajar tigo,kalu singgok itu mudik ingatkan dio Depati Intan Pagar Bumi Jati

Depati Intan Pagar Bumi Jati kalbu yang tigo:
1. Depati Pagar Bumi Jati
2. Depati Intan Susun Negeri
3. Depati Intan Nyalo Negeri
Ado pasko tataruh di situ iyolah Cundik Belang Pandai Merangkak

Depati Intan Tengah Padang kalbu yang tigo:
1. Depati Intan Tengah Padang
2. Depati Intan Kualo Jambi
3. Depati Intan Tanah Mataram
Ado pusaka tataruh di situ namo nyo Cap Karang Hindu

Depati intan 3 beradik:
1. Depati Intan Kumbalo Bumi
2. Depati Intan Muaro Basumai
3. Depati Intan Alam Pangku
Ado pusako tataruh disitu iyolah Bayang Iwan Batali Suto

Depati Sengado kalbu yang tigo:
1. Depati Sengado Susun Negeri
2. Depati Sengado Jahit Negeri
3. Depati Sengado Dinding Negeri

Rajo Sulah kalbu yang empat:
1. Sulah Putih
2. Sulah Kudrat
3. Sulah Panjang Belang
4. Sulah Besar

Sulah Besar, Depati nyo duo orang:
1. Depati Sengado
2. Depati Penawa

Rajo Kamulu kalbu yang tigo:
1. Rajo Kamulu Tuo
2. Rajo Kamulu Putih
3. Rajo Kamulu Bendar Kayo

Rajo Kamulu Bendar Kayo, Depati nyo Depati Intan Muaro Basumai
Arah dio hilir batu bajajar duo tempat siamang mati berayun, mudik senggok ladeh gunung berapi ingat jajar serajo tuntut gedang
Ado pasko titaruh di situ namonyo Kendi Batu Manek Pasbah Tungkat Paci

Datuk itu dibagi tigo:
1. Datuk Dewo Nyato, Depati Paduko Rajo Permenjati Hampa Pusako
2. Datuk Menti, Depati Paduko Rajo Permadani Hampa Pusako
3. Datuk Agung Pangulu, Depati Paduko Rajo Tiang Setio
Ado pasko titaruh disitu iyolah Piuk Gedang Ksu Suaso, tanah sikepen jawa mataram umput antai umput pusmat, kain panjang cabuk berukir, sekali kipeh ka hilir tampak treh tarunjam di tanah abang, sipanigeng tanah mentawi.

Koto Beringin kalbu yang tigo:
1. Depati Sungai Langit Gedang
2. Depati Mandaro Udo
3. Depati Merajo Sangkar Bulan
Permenti nyo duo orang:
1. Rajo Pilih
2. Jagung Merajo Indah
Ado pusako tataruh disitu iyolah Bungkan Gigit Lepo yang amat panjang, Gantang yang amat gedang.
Mano arah Depati Sungai Langit, hilir benda sipineng, mudik muaro Sungai Pauh, di ujung kemintan bacipang empat, ke air ka air gedang


SIULAK PANJANG LUHAH DEPATI MANGKU BUMI

Siulak Panjang kalbu yang tigo, empat dengan Dusun Baru Luhah Demang Jagung:
1. Pumangku Rajo
2. Jindah Putih Tabin Negeri
3. Tumenggung Adil Bicaro

Tumenggung itu berempat urang:
1 .Tumenggung Tuo Susun Negeri
2. Tumenggung Pasak Negeri
3. Tumenggung Adil Bicaro
4. Tumenggung Handir Kayo

Ngan menunggu empat lawang Siulak Panjang
Depatinyo tigo orang:
1. Depati Mangku Bumi
2. Depati Agung
3. Depati Sengalo

Serajo itu balimo urang:
1. Serajo Tunggan
2. Serajo Tuntut Gedang
3. Serajo Tumbuk Kerih
4. Serajo Bungkuk
5. Serajo Duo Kaludun

Dusun baru kalbu yang tigo:
1. Demang Sakti
2. Jagung Susun Negeri
3. Rio Bayan Putih, Depati nyo Depati Mudo dari Kemantan  Air Hangat turunan Nenek Debai, Salih Kcik bakuluk alam belum banamo Siulak Panjang, agi banamo Pulau Panjang, agi banamo Koto Muaro, agi banamo Koto Cempedak, mako datang lah Nenek Pangulu Ajo dengan ngacak dusun laman, nek menggung tuo ngan menyusun dusun laman.
Apo pasko titaruh di situ:
1. Gendang Mas Batali Suto di Umah Gedang Jindah Putih
2. Cap Karang Hindu namo nyo surat temat idak babarih di Umah Gedang Depati Agung
3. Keris Sapu Derajat
4. Sumpit Ipuh Bademah Mas di Umah Gedang Demang Rio Bayan
5. Gading Gajah Batuah di Umah Gedang Rio Mudo

Manolah arah Nenek Demang, mudik lubuk sawah anggah teruh kalubuk batuah sampai kedarat tanggo bajuntai.
Manolah arah Jindah Putih, sejak setanggi bedarik, hilir tempat Nenek Demang, ka air ka air gedang, lah mudik muaro sungai jambu, itulah arah Jindah Putih
Manolah arah Tumenggung Adil Bicaro, hilir tempat Depati Intan Kumbalo Sri, kamudik Bendar Sipineng, lah lujung arah Depati Intan, lah tumpun ayi gedang, itulah arah Tumenggun.
Siulak panjang kalbu yang tigo, sapo menyusuk, sapo ngeluang, sapo menyencang, sapo meletih iyolah Nenek Demang.

TIGO LUHAH SIULAK GEDANG

Siulak Gedang kalbu yang tigo:
1. Serajo Tuntut Gedang, Luhah Serajo
2. Tumenggung Nyato Depati, Luhah Tumenggung
3. Jagung Tuo Nyato Depati, Luhah Jagung

Manolah arah Serajo Tuntut Gedang, hilir aro tebing tinggi, ke air arah Rajo Sulah Depati Sengado, sebelah tumpun bendar cigeng tepat di tempat Nenek Bujang Agung itulah arah dio Serajo.
Manolah arah Tumenggung Nyato Depati, hilir bendar cigeng, ke air tanjung kemintan, mudik muaro sungai lingkat, sebelah tumpun koto aur, itulah arah Tumenggung Nyato Depati
Manolah arah Jagung Tuo Nyato Depati, ke air ke air gedang, hilir muaro sungai lingkat, mudik guguk ndah guguk tinggi,sebelah tumpun arah tuanku imam manjek, itulah arah jagung tuo
Siulak Gdang kalbu yang tigo, siapo ngan nyusuk, siapo ngan ngaluang, siapo meletih iyolah Nenek Bujang Agung.









BERDIRINYA ULAYAT TANAH 
TIGA LUHAH TANAH SEKUDUNG

Tiga Luhah Tanah Sekudung dikukuhkan dengan ada Piagam Tanah Ulayat Depati Intan Kumbali Bumi, yang diterima dari Seri Sultan Kerajaan Jambi. Adapun watas tanah ulayat meliputi:  Hilir Aro Tebing Tinggi, Mudik Ladeh Bento Gunung Berapi (Gn.Kerinci). 
Adapun sebagian dari isi piagam tersebut  adalah sebagai berikut :
Hijrat Nabi SAW Tahun 1116, sesudah Hari Raya Haji. Seri Sultan Wijaya mengadukan piagam kepada Depati Intan Kumbala Bumi, menyerahkan mantri-mantrinya, delapan Pemangkunya, dan Pegawainya, serta hutan tanahnya dan cupak gantangnya, dan anak punakannya. Hilir aro tebing tinggi, mudik ladeh bento gunung berapi. Barang siapa tidak menurut perintah Depati Intan Kumbalo Bumi, di denda ia nya oleh Depati Intan Kumbalo Bumi. Itulah titah Pangeran Suto Duli Pangeran Depati dan Duli Pangeran Tumenggung,...........................

Maka teringatlah waktu itu oleh Pangeran Tumenggung bahwa tanah ulayat yang diberikan kepada Depati Intan Kumbalo Bumi, yaitu hilir aro tebing tinggi, telah dilingkung Celak Piagam Belang Depati Rik No Intan Kumbalo Sembah Rajo, Hilir Muaro Sekungkung  Mati, Mudik Danau Bento Gunung Berapi. Maka Pangeran Tumenggung mengirim utusan ke Kerinci , yaitu Depati Kartanegara selaku mewakili Rajo Jambi  lengkap dengan  pengiringnya, dan bermalam di Siulak Mukai  di rumah Depati Intan Kumbalo Bumi, di Mukai Mudik. Tepat pada hari yang ditentukan sekalian rombongan dari Jambi berangkat ke Balai Mendapo Semurup, dan di ikut sertakan orang-orang yang patut dalam mendapo tigo dimudik, untuk menyaksikan perpisahan tanah ulayat antara Siulak dengan Semurup.
Adapun Celak Piagam Belang Depati Rik No Intan Kumbalo Sembah Rajo, yang tanah ulayatnya hilir muaro sekungkung mati, mudik danau bento gunung berapi, dibagikan menurut perintah Rajo Jambi. Digabungkan ulayat tanah, dibagikan anak sungai, dikeratkan batang air, hutan selidih belah duo. Depati Kepalo Sembah tinggal di Semurup, Depati Intan balik ke Siulak, seri berjawat tangan antara mamak dengan punakan orang kedua belah pihak, rantau jauh di karano, rantau perka di diulangi, tidak boleh permusuhan lagi. Sejak itulah Siulah Tanah Sekudung berpisah dari Mendapo Semurup.



ICO PAKAI DEPATI TIGO LUHAH
PEMANGKU YANG ENAM PERMENTI YANG DELAPAN


Depati Intan memegang pukat yang panjang, ambang yang lebar, mengetahui orang masuk orang keluar, orang jibut beralih muko, orang yuk, orang timpang, mengetahui huwi puyuh panjang dengut, ketitir panjang rantau, mengetahui pisang tua keladi berisi, tebu yang melingkar urat, pisang masak diguyang-guyang, bunting bereh mendap kedalam, bunting padi tidak berjudu, kalau tidak di arah diatur terdenda tersetio kepada Rajo, Depati Tigo Luhah Tanah Sekudung.
Artinya : Depati Intan memegang Hukum Genting Putus Biang Tebuk, didalam wilayah Tanah Sekudung.
Depati Mangku Bumi Kulit Putih Sibodirajo, memegang kait yang tidak sekah, memegang hukum hutan tanah, rimbo mendawo, ke air berbungo air, kedarat berbungo kayu, sawak keladang berbungo emping. Menerima bea cukai dari petugas-petugas di dalam Tanah Sekudung serta membawanya ke mempuhuk (Kas Negeri) Tigo Luhah Tanah Sekudung.
Rajo Simpan Bumi memegang lantak yang tidak goyah, memegang cermin yang tidak kabur, menyelidiki pekerjaan petugas-petugas disekitar TanahSekudung dan menyimpan kas negeri..

Depati Sengada memegang cincin cinto ado, mengetahui rantau yang panjang, lubuk yang dalam, tebat yang berikan. yaitu mengatur apa-apa saja yang menyangkut masalah peternakan dan pertanian, dan mengatur serah jajah (bea cukai) didalam tanah sekudung.


Panduko Rajo memegang senjata pandak senjata panjang, mengetahui parit yang terhampar, ranjau yang lapuk, dimana musuh yang masuk, memegang Pancung Sulo Denda Setio di dalam Tanah Sekudung, atas keputusan Pemangku yang Enam Permenti yang Delapan, dan di sahkan oleh Depati Tigo Luhah Tanah Sekudung, yang jauh Rajo keganti Rajo, Parak Rajo Kebayang Rajo.

Bukti Sejarah : Berdirinya Daulat Kemendapoan Tanah Sekudung Siulak

1. Piagam (Bertuliskan huruf Malayu di simpan di rumah gedang Depati Mangku Bumi Tuo Suto Menggalo)

Cap: Ini cap Pangeran Suta Wijaya
    Bahwa ini piagam daripada duli Pangeran Sukarta Negara yang digaduhkan kepada Depati mangku BumiYang Berempat. mudik sehingguk kaki gunung Berapi hilir sehingga Tebing Tinggi  dan sehelai daun kayu dan seekor ikan.(menurut salinan: dan setitik air sebatang laras sekepal tanah ialah Depati Mangku Bumi Tuo Suta Nenggala) di dalam kurung itu melainkan kepada Depati Mangku Bumilah empunya suka (menurut salinan: segala) daripada tanah airnya dan kayu hutan.. secupak segantangnya semerah sementerinya seanak jantan seanak betinanya (tambahan pada salinan: sepadinya jatah jati rupo).. denda setianya indah pelak jatah jati rupo tari mustiko. melindungkan dio.setia oleh raja serta denda panjat……….menterinya atau anak cupak gantangnya yang melingungkan terdenda oleh Depati Mangkubumi Suta Menggala. Hubaya2 jangan dilalui. Tammat al kalam.

2. Surat Bertulis Huruf Melayu
    Ini surat gengang depati batiga menteri yang berempat, tegak tiada tersundak mekungkung tiada tepapah. Ingatkan undang dan teliti. Ingatkan oleh Depati Mangku Bumi jiko disiakan oleh depati yang batiga menteri yang berempat kena Pangeran Temenggung kebul di Bukit adanya, Wallahu a’alam bissawal.

3. Piagam (Bertuliskan huruf Melayu di simpan Di rumah gedang Rajo Simpan Bumi Tunggun Setio)

    Bahwa  ini surat cap celak piagam yang dijunjungkan oleh Seri Sultan Anum Suria Ingalaga serta Pangeran Temenggung Mangku Negara kepada Depati Raja Simpan bumi, Dipati Intan, Dipati Mangku bumi. Hilir sehingga Tebing Tinggi, mudik tersekut ke Gunung Berapi, ialah depati yang batiga punya, serta anak jantan anak betinonya, sebatang larisnya, setitik airnya, sekapan tanahnya, ialah depati yang batiga punya, Dipati Raja Simpan Gumi, Depati Intan, Depati Mangku Gumi. Itulah gedang yang bertiga berat sama2 dipikul, ringan sama2 dijinjing adanya. Perihal perintah Seri Sultan Anum Suria Ingalaga serta Pangeran Temenggung Mangku Negara yang dijunjungkan baginda atas dipati yang bertiga sekedudukan, barang yang kusut beselesaikan, surang beragih, harta orang jangan diambil, harta diri jangan diberikan kepada orang. Barang siapa membunuh memberi bangun, barang siapa melukai memberi pampas. Barang siapa kepanjing ke dalam sepancung sulanya dipati yang bertiga. Barang perintahnya dan barang hukumnya yang dilakukannya itu, hukum Sultan dan Pangeran yang dijunjungnya itu adanya. Hubaya2 jangan dilalui seperti yang di dalam cap piagam ini. Dan barang siapa melalui perintah dalam piagam ini atau beraja hitam beraja putih kena kutuk Pangeran Temenggung kebul di bukit, tiang rumahnya ke atas, bubungannya ke bawah. Demikian lagi sudah lama sumpah ini, barang siapa menyuri,merampas.menyembunyikan kato rajo yaitu emas jatah jati serupa pelak indah taring mustiko, itulah larangan dari Sultan dan Pangeran. Intaha tammat alkalam.
         
Piagam Di Bawah Ini di Simpan Di rumah Gedang DEPATI INTAN Siulak Mukai.
4. Piagam (Bertulis Huruf Melayu Disimpan di rumah gedang Depati Intan Kumbalo Bumi Kum Segalo Bumi Rajo)
    Cap: Ini cap Pangeran Suta Wijaya.
     HiJrat al-Nabi salla llahu ‘alaihi wasallam seribu seratus enam Belas. jan kepada sehari bulan Zulhijjah kepada ketika lahir nyo. Pangeran Suta Wijaya menggaduhakan piagam kepada Dipati Intan Gemala Bumi dengan merah menteri nyo. delapan dengan pemangkunya dan dengan pegawainya serta dengan cupak gantangnya dan dengan anak jantan anak betino nyo dan dengan sandang sakinnya dan dengan petan tanahnya dan dengan silang patut nyo Tebing Tinggi mudiknya hinggo Danau Bento. Barang siapa tidak menurut perintah Dipati intan Gemala Bumi didendanya oleh Depati Intan Gemala Bumi. Itulah titah duli Pangeran Suto Wijayo. dia menyebutkan cacahnya atau sarahnya kepada duli Pangeran Suta atau berubah tuan lain cecang oleh duli Pangeran Suta Wijayo. Barang siapa mengobahi separti di dalam piagam ini dimakan sumpah karang Setio.dUli Pangeran Suta Wijayo. dahulu itu. Selama gagak hitam selama kuntul putih selama air hilir selama langit biru terbang, bubungannya ke bawah dan tiangnya ke atas dan dimakan bisa kawi duli sutowijayo. Panembahan di bawah saiyo dan duli Pangeran Temenggung dan duli Pangeran Dipa dan duli Pangeran Suto Wijayo. Barang siapa mungkir dimakan Kur'an yang tiga puluh juz. Jikalau dia tidak mengubah seperti itu. piagam ini diselamatkan Allah ta’ala dia dan barang diperolehnya dibari Subhanahu wata’ala.
 
      5. Piagam (bertulis Melayu) Yaitu piagam daripada kertas.
Bunyinya menurut salinan guru Abdul Hamid:
    Hijrat seribu seratus tiga puluh satu tahun. Ini cap serta surat pada Pangeran Temenggung kebul dan pangeran suto jayo.tanah ulayatnyo hingga batu gedang bajajar dua dipatinya kepada Dipati Intan Maro Masume nya dia sampai ladeh Gunung Berapi. Ingat jajar serajo tuntut gedang hijrat seribu seratus tiga puluh satu tahun.

     6. Surat (bertulis huruf Melayu)
       Ini surat Pangeran serta Juara Muda kepada lipati dan kepada Bayan Bas, karena janji Juara Muda dengan Bayan Bas, jika datang cari Juara Muda kepada Bayan Bas, jikalau dipati Intan Kebala Bumi hendak menebusi anak buah penakannya kepada Dipati Peliangan, mintak dikeluarkan, karena sudah disembahkan Dipati Intan Kemala Bumo kepada Pangeran Suta Jaya. Jikalau tiada diberikan, Pangeran dimudik mengambilnya. Itulah kata Pangeran dengan Juara Muda. Jikalau tiada mau mengeluarkan, ta’sir Dipati kepada orang Peliangan. Jikalau ia mati, jikalau ia hilang hendak bangun Pangeran. Itulah ta’sir Dipati Intan Kemala Bumi. Tammat.

      7.Tabung buluh bertulisan rencong (di dalam nya Surat no. 6 Di atas ) .
      Bunyi tulisan itu: Hini surat samagat malindan kapada raja hindah kalawan hanak panakan baliyaw ki’i datang mangadap pangiran mangunjaya buluh surat piagam sabatang dingan salakat hanya dibari hulih pangeran sutalawat kira’i dingan? panakan baliyaw sata dingan sanak baliyaw sada hitu halah pasan haku. arti nyo : ini surat semagat melindan kepado rajo indah ka lawan anak penakan beliau kini datang mengadap pangiran mangunjayo.buluh surat piagam sebatang dingan selakat hanyo di beri oleh pangeran suto jayo kirai dengan anak penakan beliyau serto dengan sanak beliau sado itu lah pesan aku.




Rabu, 19 Oktober 2011

Asal Mula Aksara Incung "Tulisan Asli Kerinci"


Untuk mendapat gambaran mengenai historis aksara Incung, kita menyimak hasil penelitian para pakar asing, yaitu Dr. P. Voorhoeve tahun 1941 yang mendapat bantuan isterinya dan nona N. Coster, yang keduanya menguasai aksara Kerinci dan mereka dibantu oleh Abdul Hamid seorang guru Sekolah Dasar Koto Payang I. Sebagaimana dikutip dari “Kerintji Documents, 1970: 369-370”, Voorhoeve menerangkan sebagai berikut :

Kerinci, dalam perjalanan sejarahnya, telah mempunyai hubungan politik dan kebudayaan dengan Minangkabau di sebelah Utara dan Jambi di sebelah Timur. Daerah ini sekarang kembali menjadi bahagian dari Jambi. Karena hubungan dekatnya dengan Sumatera Selatan ia dimasukkan ke dalam kepustakaan Sumatera Selatan yang disusun oleh Helfrich dan Wellan dan diterbitkan oleh Zuid- Sumatra Instituut (Institut Sumatera Selatan).

Dalam lapangan kesusastraan tertulis, perbedaan yang sangat menyolok antara Minangkabau dan Kerinci adalah bahwa di Kerinci terdapat banyak dokumen-dokumen atau naskah-naskah yang ditulis dalam tulisan Rencong (Ker. Incung), tulisan yang telah dipergunakan oleh rakyat Kerinci sebelum datangnya tulisan Arab-Melayu bersamaan dengan masuknya agama Islam ke Kerinci, dan disimpan sebagai pusaka turun temurun, sedangkan di Minangkabau hal yang demikian tidak ada sama sekali. Tulisan Kerinci mempunyai ciri-ciri yang khas dan berbeda dengan tulisan Rencong Rejang dan tulisan-tulisan Melayu Tengah.

Ini menunjukkan hasil karya nenek moyang orang Kerinci yang telah berumur ratusan tahun, sebagai sesuatu yang bernilai tinggi dan amat berharga dalam konteks peradaban manusia. Untuk mengenal kembali karya peradaban suku Kerinci masa silam, harus dimulai dari mana asal mulanya aksara Incung itu. Karena tanpa mengetahui historis aksara yang dipergunakan masyarakat Kerinci zaman dahulu. Kita tidak akan dapat mempelajarinya dengan benar dan tepat penggambaran simbol aksara.

Salah satu peninggalan peradaban masa silam yang terdapat di Sumatera adalah aksara Incung daerah Kerinci. Di Sumatera ada 4 wilayah induk penyebaran aksara daerah yaitu Batak, Kerinci, Rejang dan Lampung. Aksara Incung terdapat di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi, satu-satunya daerah yang memiliki aksara sendiri di Sumatera bahagian tengah. Ini dibuktikan dengan adanya naskah-naskah kuno berumur ratusan tahun lebih yang mempergunakan aksara Incung, sampai saat ini masih disimpan oleh orang Kerinci. Bahasa yang dipakai dalam penulisan naskah-naskah tersebut adalah bahasa Kerinci Kuno yaitu bahasa lingua franca suku Kerinci zaman dahulu. Kalau kita simak fonetis yang terdapat dalam naskah Incung umumnya memakai bahasa Melayu. Sebab bagaimanapun juga bahasa Kerinci Kuno tersebut merupakan bahagian dari bahasa Melayu zaman lampau yang penyebaran meluas dari Madagaskar sampai ke lautan Fasifik. Sekalipun ada juga kata-kata Kerinci yang tidak ditemui di daerah penyebaran bahasa Melayu lainnya, tentu hal tersebut merupakan ‘local geneus’ yang berkembang sesuai dengan lingkungan alam dan budaya lokal.

Dengan kondisi tersebut aksara Incung pada hakekatnya adalah bahagian dari sastra Indonesia Lama, karena apa yang ditulis dalam naskah-naskah Incung Kerinci berbahasa Melayu. Dalam naskah itu, diantaranya banyak terdapat kata-kata dan ungkapan yang sulit untuk dimengerti bila dihubungkan dengan bahasa Kerinci yang digunakan oleh masyarakat sekarang, karena bahasa tersebut tidak menurut dialek desa tempatan yang ada di Kabupaten Kerinci. Namun walaupun demikian, jika disimak secara seksama isi naskah pada tulisan Incung, orang masih dapat menangkap maksud dan makna yang terkandung didalamnya.

Adapun sejarah tulisan berbahasa Melayu telah mulai dipergunakan sekitar tahun 680. Dari masa itu ada prasasti berbahasa Melayu yang sampai kepada kita, yakni prasasti Karang Berahi (Bangko), Kedukan Bukit (Palembang), Kota Kapur (Bangka), Talang Tuo (Palembang), dan beberapa prasasti lainnya. Prasasti itu ditulis dengan huruf Pallawa (India Kuno) dalam bahasa Melayu Kuno, oleh sebab itulah bahasa resmi dalam prasasti tadi kita namakan bahasa Melayu Kuno.

Berkaitan dengan bahasa dan aksara Kerinci, termasuk bahagian yang mempergunakan bahasa Melayu, sebagaimana yang ditulis dalam naskah-naskah Incung. Dalam naskah tersebut kita temui kata-kata yang tidak lazim pada dialek penyebaran orang-orang Melayu yang bermukim di Sumatera dan Semenanjung Malaka. Perbedaannya berakar dari latar belakang bahwa induk suku Kerinci berasal dari Proto Melayu, dan dari sisi lain proses perjalanan sejarah orang Kerinci tentu berbeda dengan daerah Melayu lainnya, karena pemakaian aksara maupun fonetis bahasanya mendapat pengaruh lingkungan alam dan budaya lokal Kerinci.

Satu pertanyaan, kapan aksara Incung mulai dipergunakan orang Kerinci?. Untuk mengungkapnya tentu membutuhkan penelitian yang kongrit. Namun demikian, diduga orang Kerinci telah menggunakan tulisan Incung sejak zaman sesudah adanya prasasti Sriwijaya abad ke 7 di Karang Berahi (Kabupaten Merangin) bertulisan Pallawa. Cukup beralasan karena sebelumnya tidak ditemukan benda bertulisan di daerah Kerinci umumnya di Sumatera kecuali aksara Pallawa tersebut.

Walaupun demikian belum tentu orang Kerinci pada zamannya meniru tulisan Pallawa, baik cara penulisan maupun cara bacaannya. Aksara Incung pada awalnya ditulis dengan memakai sejenis benda runcing dan guratannya mirip dengan tulisan paku aksara Babilonia Kuno. Yang jelas aksara Incung sudah dipergunakan oleh orang Kerinci selama berabad-abad sesudah aksara Pallawa dikenal oleh bangsa Melayu Sumatera. Inspirasi lahirnya aksara Incung pada orang Kerinci Kuno, didasari atas pemikiran pentingnya untuk pendokumentasian berbagai peristiwa kehidupan, kemasyarakatan, sejarah, tulis-menulis dan lain-lain.

Daerah yang terkait dengan hubungan aksara Incung Kerinci adalah Lampung dan Rejang. Seperti di Lampung, masyarakat di sana menyebut aksara daerahnya sebagai “Surat Ulu” atau sebutan lainnya “Palembang Ulu”. Di daerah Sumatera Selatan yang memakai bahasa Melayu, mengatakan bahasa yang terpakai pada ‘Surat Ulu’ tadi bukanlah bahasa Melayu, tetapi mereka mengatakan bahasa orang dahulu, bahasa kuno.

Kata Surat Ulu, yaitu surat orang zaman dahulu, banyak dibantah oleh pakar filologi. Menurut mereka yang benar ‘Surat Ulu’, yaitu surat ‘Hulu’ atau surat orang ‘pedalaman’. Karena surat-surat dengan aksara itu hanya terpakai di pedalaman saja, sedangkan pedalaman yang memiliki peradaban tulis baca pada zamannya adalah daerah Kerinci. Daerah Kerinci berdasarkan bukti-bukti temuan arkeologi, dalam sejarah kebudayaan Nusantara merupakan daerah yang sangat tua (di Kerinci ditemui keramik dari Dinasti Han 300 SM).

Untuk mengungkap historis pemakaian aksara Incung yang terdapat pada naskah-naskah kuno Kerinci. Ada petunjuk dari beberapa naskah dengan pendahuluan kata-kata berbunyi :
- Basamilah mujur batuwah jari tangan aku mangarang surat incung jawa palimbang ... (Bambu dua ruas tulisan Incung pusaka Depati Satio Mandaro di Desa Dusun Dilir Rawang)
- Ah basamilah akung mangarang parapatah surat incung jawa palimbang ... (Bambu dua ruas tulisan Incung pusaka Rajo Sulah Desa Siulak Mukai).

Apa yang ditulis dalam naskah kuno Kerinci dengan sebutan ‘surat incung jawa palimbang’ maksudnya adalah, penyebaran aksara Incung sebagai tulisan lingua franca sampai ke daerah Sumatera bahagian Selatan pada zaman tersebut. Daerah Selatan itu yaitu daerah Lampung dan Rejang, yang mana oleh orang Kerinci zaman dahulu disebut sebagai ‘jawa palimbang’. Dimaksud dengan Jawa bukan Pulau Jawa tetapi daerah Lampung, sesuai dengan keadaan munculnya kerajaan Sriwijaya. Hal ini dijelaskan oleh prasasti Kota Kapur Bangka (686 M) yang menyebutkan penghancuran bhumi jawa yang tidak bakti (tunduk) kepada Sriwijaya, antara lain bunyinya “..ni pahat di welanya yang wala srivijaya kaliwat manapik yang bhumi jawa tida bhakti ke srivijaya”. Bhumi Jawa tersebut adalah sebuah kerajaan di Lampung, yaitu Tulang Bawang yang memiliki kekuatan menyaingi Sriwijaya. Sedangkan ‘palimbang’ yang dimaksud dalam tulisan Incung Kerinci, juga bukan berarti kota Palembang, tetapi adalah komunitas orang dengan kebudayaannya di Sumatera Selatan, karena aksara Incung tidak terdapat di Palembang.

Jadi aksara yang terdapat dalam naskah kuno Kerinci, zaman dahulunya pemakaiannya sampai ke Rejang dan Lampung. Dalam naskah kuno Incung juga disebut nama kota-kota tua yang ada di daerah Selatan, sekalipun saat sekarang kota atau tempat tersebut tidak lagi memakai nama seperti dalam naskah Incung. Kerinci sebagai daerah hulu yang terletak di dataran tinggi Bukit Barisan, dan orang Kerinci menyebut Jambi dan Palembang sebagai daerah rantau transit perdagangan ke selat Malaka. Selama ratusan tahun hubungan orang Kerinci ke Selatan dengan melewati jalur tradisional Merangin dan Gunung Sumbing, untuk perdagangan sekaligus kontak budaya dengan masyakarat bahagian Selatan. Dari hubungan antara segala macam fenomena simbolik dengan realitas kehidupan masyarakat Kerinci dahulunya dengan orang-orang Melayu Sumatera, dapat diproyeksikan keberadaan aksara Incung sudah dipergunakan secara luas pada abad ke 14 M..

Dalam perkembangannya, kita akan menemukan karya aksara Incung pengaruh Hindu. Pengaruh Hindu merupakan pengaruh asing pertama dan lama di Nusantara ini. Kenyataan terdapatnya kata-kata Hindu dalam naskah kuno Kerinci aksara Incung seperti kata Batara, Dewa, dan sebagainya.

Dalam pada itu, setelah agama Islam sampai ke Nusantara ini, beberapa suku bangsa yang disebut sebagai rumpun Melayu itu kemudian berkembang dengan ciri-ciri agama, bahasa, dan budayanya masing-masing. Dalam perkembangan yang terjadi melalui jalan sejarah yang panjang itu kita akhirnya dapat melihat bahwa orang-orang atau penduduk yang mendiami Sumatera, khususnya wilayah Kerinci memperlihatkan ciri dengan suatu warna budaya yang amat banyak diwarnai oleh agama mereka, yaitu Islam. Penduduk daerah ini beragama Islam, berbahasa Melayu Kerinci, serta mempunyai berbagai kesamaan pula dalam adat dan tradisi dengan daerah sekitar Kerinci seperti Minangkabau dan Jambi.

Begitupun dengan aksara daerah yang dimiliki orang Kerinci disebut ‘aksara Incung’, menghasil karya-karya tulis bermutu tinggi sekalipun mereka telah melupakannya. Sejak abad ke-19 naskah-naskah aksara Incung telah dijadikan benda keramat oleh rakyat Kerinci, sedangkan orang-orang yang ahli dan dapat menulis dan membaca tulisan ini sudah tiada lagi.


MEDIA PENULISAN AKSARA INCUNG

Penulisan aksara Incung oleh orang Kerinci dimuat dalam karya sastra klasik. Pengertian sastra klasik ialah segala sesuatu yang tertulis, segala rupa tulisan dapat dipandang sebagai produk sastra, bermacam tulisan dalam berbagai bidang ilmu dan warna kehidupan dapat menjadi sasaran studi sastra. Kajian ini merupakan suatu studi yang memanfaatkan segala dokumen tertulis bagi suatu pembahasan berbagai cabang ilmu, kebudayaan, dan agama. Pengertian sastra yang dipasang dalam cabang ini memberi peluang kepada siapapun untuk memakai segala teks tertulis untuk kepentingan bahan kajian dalam suatu kegiatan ilmu tertentu. Hasil sastra klasik Kerinci secara tertulis mulai pada zaman Islam awal memakai aksara Incung, dapat kita temukan pada naskah-naskah kuno Kerinci. Naskah kuno Kerinci yang sampai kepada kita berasal dari abad ke 13 – 19 M berupa benda-benda pusaka atau ‘pedandan’.

Ada semacam kepercayaan dikalangan orang Kerinci, bahwa penciptaan aksara dan pelahiran kesusastraan bersumber dari suatu latar belakang perwujudan budaya alam, manusia, dan Ketuhanan sebagai suatu keseluruhan. Sehingga kesusastraan orang Kerinci yang ditulis pada media tanduk kerbau, bambu, kulit kayu, daun lontar, kain dan kertas merupakan kesusastraan suci yang dianggap keramat dan sakti. Sampai saat sekarangpun kepercayaan tersebut sulit hilang dalam kehidupan budaya masyarakat Kerinci

Kalau kebudayaan diartikan sebagai hasil cipta, rasa, dan karsa manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, banyaklah hal yang dapat dibicarakan dalam konteks tersebut. Bahasa, adat-istiadat, kesenian, dan ilmu pengetahuan adalah hasil-hasil budaya manusia yang harus dipertahankan hidupnya dan diusahakan pengembangannya. Salah satu aset kebudayaan Kerinci adalah bahasa Kerinci, bahasa ini memiliki perbedaan dengan dialek yang diucapkan oleh daerah sekitar Kerinci seperti Jambi dan Minangkabau. Kebanyakan bahasa daerah yang dipakai penduduk Sumatera umumnya adalah bahasa Melayu, kedalamnya termasuk juga bahasa Kerinci. Bahasa Kerinci dipergunakan khusus penutur yang ada di kabupaten Kerinci.

Sekalipun bahasa Kerinci berbeda dengan daerah lainnya di Sumatera, namun bahasa daerah ini berpokok kepada bahasa Melayu. Sejak zaman dahulu menjadi bahasa untuk semua kegiatan bagi orang Kerinci. Bahasa ini dipergunakan juga oleh orang Kerinci dalam penyebaran agama, perdagangan, pertanian dan sastra.

Naskah-naskah kuno Kerinci yang kita sebutkan itu merupakan satu perigi dari perigi khasanah sastra Melayu Klasik di Indonesia. Masih terbuka lagi kemungkinan menemukan perigi lain dari peninggalan peradaban Kerinci masa silam. Juga akan menjadi bahan studi menarik, baik dari segi mutu maupun ketinggian nilai sastranya. Kita melihat beberapa aspek naskah kuno daerah Kerinci, yang kita pandang sebagai dokumen tertulis sastra klasik. Hasil sastra klasik itu tidak lain berupa naskah-naskah, merupakan peninggalan dan hasil karya nenek moyang orang Kerinci masa silam.

Bahasa Kerinci adalah bahagian dari bahasa Melayu, sebagai daerah terpencil mempunyai dialek tersendiri Dialeknya berbeda sekali dengan suku-suku Sumatera lainnya. Namun orang Kerinci mengerti apabila orang bercakap-cakap dalam bahasa Melayu atau Indonesia umumnya mereka langsung mengerti pembicaraan tersebut. Karakteristik bahasa Kerinci terletak pada dialeknya yang banyak, hal seperti ini tidak ditemui di daerah lainnya Indonesia. Sehingga terdapat dialek yang berbeda sebanyak jumlah desa (dusun asli, masyarakat persekutuan adat) yang ada dalam Kabupaten Kerinci semuanya berjumlah + 177 dialek. Diantara Faktor lain yang sangat mempengaruhi majemuknya dialek tersebut, dikarenakan kelompok–kelompok yang membentuk dusun (Kerinci: luhah, nagehi) lebih dominan hubungan genealogis teritorialnya. Sekalipun dusun itu bertetangga hanya dibatasi oleh jalan atau seberang sungai saja, tetapi ketika saling berkomunikasi mereka sama–sama mengerti maksud dari pembicaraan lawannya. Juga tidak menghambat hubungan silaturahmi diantara mereka dalam dialek yang berbeda tersebut. Mereka merupakan kesatuan dalam sebuah lingkungan budaya Alam Kerinci. Jadi bahasa Kerinci ialah bahasa yang saling dimengerti oleh masyarakat yang menghuni lingkungan Alam Kerinci atau Kabupaten Kerinci.

Melihat bentuk grafis aksara Incung Kerinci hampir mirip dengan aksara daerah Sumatera lainnya seperti Batak, Rejang, dan Lampung. Sekalipun pada bacaan dan penulisannya banyak juga perbedaan yang mendasar. Kemiripan aksara-aksara daerah itu disebabkan, mereka berasal dari satu lingkungan budaya Sumatera yang sama pada masa dahulunya. Kemudian proses tumbuh dan berkembang, aksara tersebut mengalami corak yang membedakan satu sama lainnya sesuai dengan kondisi dan letak pusat induk kultur masing-masing etnis Sumatera itu.

Satu hal, pada naskah-naskah tulisan Incung itu tidak ditemukan penunjuk angka untuk bilangan. Jadi tulisan Incung hanya mengenal huruf saja dan tidak mempunyai angka bilangan. Mungkin inilah yang menyebabkan pada setiap naskah tidak didapati penanggalan maupun tanggal penulisannya.

Agama Islam berkembang dengan pesat di Nusantara pada puncaknya abad ke – 16, dengan masuknya pengaruh Islam ke Kerinci penulisan naskah-naskah beralih ke aksara Arab dengan bahasa Melayu. Hasil-hasil sastra Kerinci pengaruh Islam cukup banyak, antara lain cerita tentang Nabi Adam, Nabi Muhammad SAW, cerita tentang ajaran dan kepercayaan Islam, dan cerita mistik dan tasauf. Penulisan sastra Incung juga dipengaruhi oleh Islam seperti adanya dalam naskah-naskah kuno Kerinci aksara Incung, seperti pada kata pengantar : basamilah mujur dan assalamualikun. Ini menunjuk bahwa orang Kerinci saat peralihan masuknya aksara Arab atau Islam, tidak menjadikan hilangnya aksara Incung dari kehidupan mayarakat Kerinci. Tetapi memperkaya karya sastra Incung dengan nuansa Islam, yang mana mereka menulis naskah-naskah Incung dengan memasukkan unsur-unsur ajaran Islam. 
Ditulis oleh Depati Alimin
Depati Alimin lahir di Kerinci 10 Agustus 1952. Penulis, peneliti, budayawan, pemangku adat. Jabatan : Ketua Seksi Seni Budaya LAAK.
Menulis sejak tahun 1970, tulisan berupa puisi, essai, future dimuat dimedia massa Haluan (Padang), Merdeka (Jakarta), Jambi Ekspres (Jambi), Independent (Jambi), Andaka (Jakarta). Antologi puisi “Rakit Biru, 1998” bersama penyair Jambi, antologi cerpen “dari Tauh sampai Kedondong, 1999”, antologi “Tadarus Puisi, 2002” bersama Penyair Jambi terbitan Dewan Kesenian Jambi. Antologi puisi “Tirawang, 2000”, antologi dongeng Kerinci “Telor Naga, 2000”, buku Benda Cagar Budaya Kabupaten Kerinci (2001).
Diklat teknis Sarasehan dan Worshop Seni Teater (1997) di Jambi, Penataran Pengembangan Kebudayaan Daerah Jambi (1997), Sarasehan dan Worshop Teater dan Aktor Film (1999) di Jambi, Peny. Inf. Seni Tari (1999) di Jakarta, Pemetaan Seni (1999) di Jambi, Teknik Pengembangan Kebudayaan (1999) di Jakarta.
Pemakalah seminar Busana dan Pelaminan Adat Daerah Kerinci (1996), pemakalah Festival Seni Pertunjukan Rakyat (1996), Pemakalah Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan Daerah (2000), pemakalah seminar Mempertahankan Pelestarian TNKS dan Keanekaragaman Hayati Melalui Pendekatan Kebudayaan (2002), pemakalah seminar Satu Abad Perang Kerinci 1903 (2002).
Penghargaan antara lain: Specialist of Kerinci traditions and social and cultural characteristis (1993) dari Direktur CNWS Leiden University Belanda, Pemenang Lomba Cipta Puisi “Batanghari” (1998) se-Propinsi Jambi, Certificate as a Specialist in Kerinci culture (1999) dari Chair of cultural anthropology of Indonesia Rijks-universiteit Leiden, Pemenang I Lomba Cendramata (1999) se-Propinsi Jambi, 10 Besar Penyair Jambi pada Dialog dan Kreativitas Seni 2000, Pemenang I Lomba Penulisan Sejarah Jambi (1999) se-Propinsi Jambi, Budayawan berprestasi (2000) dari Bupati Kerinci. Pemimpin artistik Muhibah Budaya Kabupaten Kerinci ke Pahang Malaysia (2001). Penulis Dinamika Adat Provinsi Jambi dari Lembaga Adat Provinsi Jambi (2002), Nara Sumber Expedition of Kerinci KKL Arsitektur Nusantara dari Universitas Bung Hatta dan Universitas Tri Sakti (2003).
Hubungan internasional The Royal Netherlands Academy of Arts and Sciences- Leiden University Belanda, Albert Ludwigs-Universitat Freiburg Jerman, Division of the Arts-University of California USA.
Sumber :  Incung

Senin, 10 Oktober 2011

Tulisan Kerinci Asli "Incung"


Tulisan incung atau bisa orang kerinci menyebutnya tulisan incong merupakan tulisan asli suku kerinci,  tulisan ini banyak terdapat di benda-benda pusaka di daerah kerinci, Disaat sekarang memang tulisan ini sudah hampir tidak kita temui lagi pemakainnya. Untuk membaca tulisan-tulisan ini di benda pusakapun hanya ada beberapa orang yang bisa.

Kitab Undang-undang Tanjung Tanah

KITAB UNDANG – UNDANG TANJUNG TANAH
Naskah Melayu yang Tertua
Uli Kozok, Ph.D
Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah
Naskah Melayu yang Tertua
Alih Aksara:
Hassan Djafar, Ninie Susanti Y & Waruno Mahdi
Alih Bahasa:
Achadiati Ikram, I Kuntara Wiryamartana, Karl Anderbeck, Thomas Hunter, Uli Kozok, & Waruno Mahdi.
Yayasan Naskah Nusantara
Yayasan Obor Indonesia
Jakarta
2006
Hak Cipta dilindungi undang-undang
All rights reserved
© Uli Kozok
Diterbitkan pertama kali oleh Yayasan Obor Indonesia
dengan bantuan
The Ambassador’s Fund for Cultural Preservation
dan Yayasan Naskah Nusantara
Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka

Untuk lebih lanjut silakan Klik Disini

Sabtu, 08 Oktober 2011

Siulak mukai luhah depati intan

Siulak mukai kalbu yang limo,enam ngan koto beringin ditunggu depati balimo orang:
1.depati intan tengah padang
2.depati pagar bumi jati
3.depati intan kumbalo bumi
4.depati sengado
5.depati paduko rajo



Manolah uteh bateh depati sengado dengan depati intan kumbalo bumi,diatas batu bapìntu,lah tengah lantak mas tujuh bedarik,lah bawah tempat puti seterus mato,kalu sebelah mudik arah dio depati intan kumbalo bumi,kalu sebelah hilir arah dio depati sengado

Manolah uteh bateh depati intan kumbalo sri dengan depati intan pagar bumi jati kalateh sungai angat samo tengah sungai bacipang tigo,tepat ka alu bajajar tigo,kalu singgok itu mudik ingatkan dio depati intan pagar bumi jati

Depati intan pagar bumi jati kalbu yang tigo:
1.dpt pagar bumi jati
2.depati intan susun negeri
3.depati intan nyalo negri,

Ado pasko tataruh di situ iolah cundik belang pandai merangkak
Depati intan tengah padang kalbu nyo duo
1.depati intan tengah padang
2.depati intan kualo jambi
3.depati intan tanah mentaram ado pusaka tataruh di situ namo nyo cap karang hindu

Depati intan 3 beradik
1.depati intan kumbalo bumi
2.depati intan maro basumai
3.depati intan alam pangku

Ado pusako tataruh disitu iolah bayang iwan batali suto
Depati sengado kalbu yang 3
1.depati sengado susun negri
2.depati sengado jahit negri
3.depati sengado dinding negeri

Rajo sulah kalbu yang 4
1.sulah putih
2.sulah kudrat
3.sulah panjang belang
4.sulah besar,depati nyo duo orang
1.depati sengado
2.depati penawa

Rajo kamulu kalbu yang 3
1.rajo kamulu tuo
2.rajo kamulu putih
3.rajo kamulu bendar kayo,depati nyo depati intan maro basumai

Arah dio hilir batu bajajar duo tempat siamang mati berayun mudik senggok ladeh gunung berapi ingat jajar serajo tuntut gedang

Ado pasko titaruh di situ namonyo kendi batu manek pasbah tungkat paci
Datuk itu dibagi 3
1.datuk dewo nyato,depati paduko rajo permenjati hampa pusako
2.datuk menti,depati paduko rajo permadani hampa pusako
3.datuk agung pangulu,depati paduko rajo tiang setio

Ado pasko titaruh disitu iolah piuk gedang ksu suaso,tanah sikepen jawa mataram umput antai umput pusmat,kain panjang cabuk berukir,sekali kipeh ka hilir tampak treh tarunjam di tanah abang,sipanigeng tanah mentawi.

Koto beringin kalbu yang tigo
1.depati sungai langit gedang
2.depati mandaro udo
3.depati merajo sangkar bulan

Permenti nyo duo orang:
1.rajo pilih
2.jagung merajo indah

Ado pusako tataruh disitu iyolah bungkan gigit lepo yang amat panjang,gantang yang amat gedang
Mano arah depati sungai langit,hilir benda sipineng.mudik muaro sungai pauh,di ujung kemintan bacipang empat,ke air ka air gedang...

Jumat, 07 Oktober 2011

Siulak panjang luhah depati mangku bumi

Siulak panjang kalbu yang tigo, empat dengan dusun baru luhah demang jagung:
1.pumangku rajo
2.jindah putih tabin negri
3.tumenggung adil bicaro
 
Tumenggung itu berempat urang:
1.tumenggung tuo susun negri
2.tumenggung pasak negri
3.tumenggung adil bicaro
4.tumenggung handir kayo
 
Ngan menunggu empat lawang sulak panjang
Depatinyo tigo orang:
1.depati mangku bumi
2.depati agung
3.depati sengalo
 
Serajo itu balimo urang
1.serajo tunggan
2.serajo tuntut gedang
3.serajo tumbuk kerih
4.serajo bungkuk
5.serajo duo kaludun
 
Dusun baru kalbu yang tigo:
1.demong sakti
2.jagung susun negri
3.rio bayan putih depati nyo depati mudo dari kemantan air hangat turunan nenek debai,salih kcik bakuluk alam
 
Belum banamo sulak panjang agi banamo pulau panjang agi banamo koto muaro agi banamo koto cempedak mako datang lah nenek pangulu ajo dengan ngacak dusun laman,nek menggung tuo ngan menyusun dusun laman
 
Apo pasko titaruh di situ
1.gendang mas batali suto di rumah gedang jindah putih
2.cap karang hindu namo nyo surat temat idak babarih di umah gedang depati agung
3.keris sapu derajat
4.sumpit ipuh bademah mas di umah gedang demang rio bayan
5.gading gajah batuah umah gedang rio mudo
 
Manolah arah ninek demang mudik lubuk sawah anggah teruh kalubuk batuah sampai kedarat tanggo bajuntai.
 
Manolah arah jindah putih,sejak setanggi bedarik,hilir tempat ninek demang,ka air ka air gedang,lah mudik muaro sungai jambu,itulah arah jindah putih
 
Manolah arah tumenggung adil bicaro,hilir tempat depati intan kumbalo sri,kamudik bendar sipineng,lah lujung arah depati intan,lah tumpun ayi gedang,itulah arah tumenggung
 
Sulak panjang kalbu yang tigo,sapo menyusuk,sapo ngeluang,sapo menyencang sapo meletih iyolah nenek demang.

Tigo Luhah Siulak Gedang

Siulak Gedang kalbu yang tigo:
1.serajo tuntut gedang,luhah serajo
2.tumenggung nyato depati,luhah tumenggung
3.jagung tuo nyato depati,luhah jagung
 
Manolah arah serajo tuntut gedang,hilir aro tebing tinggi,ke air arah rajo sulah depati sengado,sebelah tumpun bendar cigeng tepat di tempat nenek bujang agung itulah arah dio serajo.
 
Manolah arah tumenggung nyato depati,hilir bendar cigeng,ke air tanjung kemintan,mudik muaro sungai lingkat,sebelah tumpun koto aur,itulah arah tumenggung nyato depati
 
Manolah arah jagung tuo nyato depati,ke air ke air gedang,hilir muaro sungai lingkat,mudik guguk ndah guguk tinggi,sebelah tumpun arah tuanku imam manjek,itulah arah jagung tuo
 
Siulak gedang kalbu yang tigo,siapo ngan nyusuk,siapo ngan ngaluang,siapo meletih iolah nenek bujang agung.

Tigo Luhah Tanah Sekudung

Tigo luhah tanah sekudung:
1.Depati intan di siulak mukai
2.Depati mangku bumi di siulak panjang
3.Rajo simpan bumi di siulak gedang
 
Depati intan berempat orang:
1.Depati intan tengah padang tudung negri koto jiwa
2.Depati intan pagar bumi jati alam batuah
3.Depati intan kumbalo bumi
4.Depati intan maro basumai
 
Permentinyo tigo orang:
1.rajo indah
2.rajo liko
3.rajo penghulu
 
Apo kagedeng dio,anak tuo cucu tuo.jauh rajo kaganti rajo parak rajo kabayeng rajo,apo pangkat rumah gedang dio situ tataruh ambang yang liba situ tasangkut pukat yang panjang,pancung sulo dendo sakti,munting breh mengendap ke dalam,tebu panjang keladi berisi,apo pusako titaruh di situ namonyo cap karang hindu namonyo ulak piagam belang namonyo rak warno intan kum segalo bumi rajo
 
Depati mangku bumi berempat urang:
1.Depati mangku bumi suto menggalo
2.Depati mangku bumi tanah mendapo
3.Depati mangku bumi karang setio
4.Depati mangku bumi kulit putih suko berajo
 
Permenti nyo duo orang:
1.Rio mudo mangku bumi
2.Serajo tumbuk krih
3.Temenggung tuo susun negeri
 
Apo kagedeng dio,memegang kerat gabung tanah,dio duduk dipintu gedang dio bajuntai dipintu kcik,kedarat ba bungo kayu,apo lah pangkat umah gedang dio umah hutan umah tanah,apo pasko titaruh disitu kain cabuh talukih cindai agam,bagumbak mas babaju perak kain segabung tigo sekerat tinggan di koto payang dirumah pusako rajo hitam tanah mendapo tunggu balai beratap ijuk lik maro sekungkung mati,sekerat balik ke koto beringin luhah jagung merajo indah sungai langit depati merajo
 
Rajo simpan bumi berempat urang:
1.Rajo simpanbumi hampa setio alam
2.rajo simpan bumi tunggun setio alam
3.rajo simpan bumi karang setio tanah indopuro
4.rajo simpan bumi tudung setio alam putih
 
Apo kagedeng dio,ka ayi babungo ayi,ka rimbo babungo kayu,apolah pangkat umah gedang dio umah gedang umah pasusun,panyusun kito yang duo luhah,apo pasko titaruh disitu naruhkan lantak ngan idak guyih,kait ngan idak sekah,naruhkan kain curing langit naruhkan kungkung padi yang amat gedang naruhkan teropong yang amat terang cermin yang idak kabur ,nyeminkan kito yang duo luhah.