Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 November 2011

Dirgahayu Ke 53 Kabupaten Kerinci



Kami dari segenap penulis blog Kerinci Sekepal Tanah Surga mengucapkan Selamat Hari Jadi Kabupaten Kerinci yang Ke-53,, semoga Kerinci semakin Damai, sejahtera dan Maju... Amin,



Persiapan Hut Kerinci Ke-53 Rampung

KERINCI, JS-Persiapan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 53 Kabupaten Kerinci yang akan di gelar 10 November 2011 sudah rampung 90 persen. Sedangkan persiapan HUT ke 3 Kota Sungaipenuh nihil. Pasalnya, persiapan panitia HUT berdirinya Kota Sungaipenuh ke 3 tahun ini belum terlihat. Bahkan, enam hari menjelang peringatan HUT kota pada tanggal 8 Nopember, undangan para tamu belum beredar.

Pantauan di DPRD Kota Sungaipenuh kemarin, panitia sibuk keluar masuk di ruang Sekretaris DPRD Kota Sungaipenuh yang baru-baru ini dilantik. Bahkan, tiga pimpinan DPRD Kota Sungaipenuh menggelar rapat tertutup di ruang Ketua DPRD Kota Sungaipenuh. Parahnya lagi, gagalnya peringatan HUT ke 3 Kota Sungaipenuh diduga karena Yulia Roza dilantik menjadi Sekwan menyalahi prosedur perundangan-undangan dan peraturan tatib DPRD Kota Sungaipenuh. Sehingga tidak bisa mempertanggungjawabkan anggaran perayaan HUT dan anggaran di DPRD.

Ketua Panitia Seketaris DPRD Kota Sungaipenuh, Yulia Roza Selasa (1/11) dikonfirmasi wartawan, enggan memberikan jawaban. ''Nanti saya sholat dulu,“ kata Yulia Roza kemarin, namun ketika ditunggu satu jam lebih juga belum ada tanggapan.

Sementara itu, Ketua DPRD Kota Sungaipenuh, Satmarlendan dikonfirmasi sejumlah wartawan terkait persiapan HUT ke 3 Kota Sungaipenuh, namun ketiga pimpinan lagi sibuk rapat tertutup di ruang ketua DPRD. ''Besok saja ke sini lagi, bapak masih rapat,“ kata salah seorang staf pimpinan dewan, kemarin.

Kabag Humas Pemkab Kerinci Azmal Fahdi dikonfirmasi mengatakan, untuk persiapan peringatan HUT ke 53 Kabupaten Kerinci sudah rampung. ''Hari ini sekitar 90 persen persiapan, sumua undangan sudah di tangan Bupati/Walikota DPRD dalam Provinsi Jambi,“ kata Azmal Pahdi, ketika dihubungi, kemarin.

Dijelaskannya, tanggal Rabu 9 Nopember 2011 sidang istimewa DPRD Kabupaten Kerinci. Tanggal 10 November 2011 puncak peayaan HUT ke 53 Kabupaten Kerinci dengan upacara di lapangan Pemda. ''Malam Selasanya ziarah di makam pahlawan dan Depati Parbo, seluruh veteran hadir. Gubernur Jambi Pak HBA juga hadir dan memberikan pidato,'' ujar Kabag Humas.

Seharusnya momen memperingati hari jadi, merupakan suatu kegiatan yang harus dirayakan dengan penuh suka cita. Karena telah bertambah usia bagi Kota Sungaipenuh yang akan diperingati pada Selasa 8 November 2011.(son)

Sumber : JambiStar



Rabu, 02 November 2011

Teh Kajoe Aro Hangatnya Disukai Ratu Inggris

IF you are cold, tea will warm you.
If you are too heated, it will cool you.
If you are depressed, it will cheer you.
If you excited, it will calm you.
(Pakar teh dunia dari Inggris, WE Gladstone, 1865)



Hijaunya bagaikan bentangan permadani


Perkebunan teh dalam satu hamparan yang terluas di dunia ternyata ada di Indonesia, yaitu di Kayu Aro, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, sekitar 452 km sebelah barat Kota Jambi. Lokasi tepatnya, nun jauh di sana, di kaki sebelah selatan Gunung Kerinci, gunung tertinggi di Sumatera (3.805 meter dari permukaan laut). Mata kami seperti tak ingin berkedip saat melintasi perkebunan teh Kajoe Aro yang dibuka sejak tahun 1925 M.

PT Perkebunan Nusantara VI (PT PN VI) yang menaungi atau mengelola perkebunan teh Kayu Aro saat ini memproduksi teh dengan merek dagang Kajoe Aro. Teh Kajoe Aro ini dibudidayakan di dataran tinggi (highland tea), pada ketinggian 1.400 sampai 1.600 meter dari permukaan laut (dpl). Perkebunan teh Kayu Aro merupakan perkebunan teh tertinggi nomor dua di dunia, setelah perkebunan teh Darjeling di kaki Gunung Himalaya dengan luas sekitar 500 hektar yang berada pada ketinggian 4.000 meter dpl. Namun,perkebunan teh Darjeling di kaki Gunung Himalaya tidak bisa dipetik sepanjang tahun, karena pada musim dingin tertutup salju.

Sejak pukul 07.00, aktivitas ratusan pemetik teh mulai hidup. Perempuan-perempuan setengah baya menggendong keranjang anyaman rotan dari rumah. Mereka langsung sibuk memetik pucuk-pucuk teh hijau dan menyusunnya dalam keranjang rotan, sambil asyik mengobrol satu sama lain. Suasananya sedikit aneh ketika mendengar mereka bercakap-cakap. Rasanya memang tidak seperti di Sumatera karena mereka menggunakan bahasa Jawa. Berusaha meyakinkan diri sendiri, saya bukan sedang di tanah Jawa kan? Dan, sebuah pertanyaan spontan meluncur, “Mengapa mereka tak ada yang berbahasa Melayu Jambi, padahal kita sedang berada di Kerinci?”

Perkebunan Teh Kajoe Aro yang dibangun sekitar tahun 1925 oleh perusahaan Belanda, Namblodse Venotschaaf Handle Veriniging Amsterdam (NV HVA), ini semula digarap ramai-ramai oleh kuli atau pekerja-pekerja yang sengaja didatangkan dari Pulau Jawa. Nah, pemetik teh yang sekarang adalah anak-anak atau cucu-cucu para kuli pada masa lalu. Di Perkebunan Teh Kajoe Aro telah berkembang permukiman para pemetik kebun, lengkap dengan sarana kesehatan, pendidikan, dan pasar.

“Dari nenek, ibu, dan saya sendiri, kami semua bekerja di kebun teh ini,” tutur Ngadinem, pemetik teh yang neneknya berasal dari Pati, Jawa Tengah. Setelah mengobrol beberapa saat, Ngadinem mengingatkan kami untuk sebaiknya jangan sampai lupa mengunjungi Aroma Pecco, wisma dan taman di kawasan perkebunan. Di sana terdapat sebuah pohon teh berusia ratusan tahun. Diameternya sekitar dua meter.


 

Perkebunan Teh Kayu Aro dengan latar Belakang Gunung Kerinci

Sjafrin Noer dari Bagian Humas PT Perkebunan Negara (PTPN) VI, yang mengelola perkebunan seluas 3.020 hektar ini, menjelaskan, pohon tersebut adalah salah satu yang tertua yang sengaja dilestarikan PTPN VI. Di sana juga terdapat buku-buku berbahasa Belanda yang memuat seputar Perkebunan Teh Kajoe Aro. Dari buku dan ceritanya, kami baru mengetahui besarnya perkebunan ini, dan begitu terkenalnya produk teh ini di mata dunia. Sekaligus juga kami berpikir, mengapa Perkebunan Teh Kajoe Aro malah tidak begitu dikenal di Tanah Air. Setidaknya kalah populer oleh perkebunan teh di Jawa Barat. Ini dikarenakan sebagian besar dari produksi teh kayu aro sengaja di ekspor ke luar negeri.

Tak hanya saat menikmati sejuk dan indahnya hijau perbukitan yang berada di ketinggian 1.400 meter hingga 1.600 meter dari permukaan laut (dpl). Selain menyaksikan pohon-pohon teh tua varietas Seddling asli didatangkan dari Belanda, kita juga dapat menikmati citarasa teh sesungguhnya.

Hendrik, asisten pabrik yang ditemani dua petugas tester berusia setengah baya, kemudian mengajak kami mencicipi enam rasa Teh Kajoe Aro terbaik di pabrik ini yang disebut Grade I. Cangkir-cangkir porselen disusun berderet, dan diisi teh berwarna agak kuning kemerahan. Minuman teh itu dicicipinya sesendok demi sesendok, dengan mulut yang memoncong, lalu air dalam sendok itu dihirup dengan cepat. Slurppp….

“Beginilah cara mengetahui rasa dan wangi Teh Kajoe Aro. Disedot cepat dari mulut. Memang terdengar agak keras, tetapi akan lebih terasa citarasa tehnya,” tuturnya.

Sekilas tak tampak perbedaan di antara teh-teh tersebut. Warnanya setelah diseduh dalam cangkir menjadi hampir-hampir sama, wanginya juga.

Enam rasa teh terbaik Kajoe Aro adalah jenis broken oranye pecco (BOP), broken oranye pecco fanning (BOPF), pecco fanning (PF), broken tea (BT), broken pecco (BP), dan dust. Masing-masing memiliki rasa yang berbeda meski sama-sama digolongkan teh hitam.

“Jika baru mencoba mencicipi, memang agak kurang peka membedakan wangi dan rasanya,” tutur Hendrik lagi.

Namun, jika minum teh ini sudah menjadi kebiasaan dalam keseharian, akan jadi mirip seperti ketika kita minum anggur. Kita takkan lupa meresapi aromanya terlebih dahulu sebelum meminumnya dan tak perlu mencampurnya dengan gula karena sesungguhnya ada rasa manis yang spesifik pada teh ini. Perbedaan rasa pada masing-masing jenis teh tercipta dari fermentasi pada suhu tertentu yang menghasilkan enzim-enzim berbeda pembentuk rasa dan warna. Rasa teh jenis dust, misalnya, sangat kuat dan kelat di lidah, sedangkan warnanya pekat. Rasa teh jenis BP dominan mentol. Kalau yang jenis BOP warnanya lebih jingga, rasanya tidak terlalu kelat.

Seluruh jenis teh ini diakui oleh para penikmatnya, sebagai teh dengan citarasa terbaik yang ada di dunia. Itu sebabnya Ratu Inggris Elizabeth II masih setia menikmati Teh Kajoe Aro setiap hari. Bahkan, 80 persen dari hampir enam juta kilogram produksi teh kering per tahun yang dihasilkan PTPN VI, diekspor ke Inggris. Sisanya, diekspor ke sejumlah negara di Eropa, Timur Tengah, dan dalam negeri. Selain teh-teh Grade I, ada delapan jenis lain yang diproduksi, masuk kategori Grade II dan III.

Pada penjajahan Belanda, teh Kayu Aro dikenal sebagai minuman Ratu Belanda, Wihelmina. Sekarang diyakini juga menjadi minuman favorit Ratu Belanda Beatrix.

Teh Kajoe Aro diproses tanpa campuran kimia dan bermanfaat untuk kesehatan karena mengandung riboflavin yang membantu pertumbuhan, pencernaan, dan vitalitas; Polifenol sebagai antioksidan jenis biolavanoid yang 100 kali lebih efektif dari vitamin C. Ini juga 25 kali lebih efektif dari vitamin E yang sangat berguna mencegah kolesterol jahat pemicu pertumbuhan plak penyumbat pembuluh darah arteri.

Hingga kini, pabrik teh Kayu Aro yang berusia 70 tahun itu merupakan pabrik teh terbesar di dunia dan masih aktif berproduksi.

Sumber : (Dikutip dari Kompas 26 Januari 2007)

Selasa, 25 Oktober 2011

Polisi Penganiaya Neka Terancam Dipecat

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Edi Januar


TRIBUNJAMBI.COM, SUNGAIPENUH - Kapolres Kerinci, AKBP Hastho Rahardjo Ditanya hasil pemeriksaan Propam Polda Jambi? Kapolres mengatakan Propam hanya melakukan proses pemeriksaan pengamanan internal, jika ada anggota yang melakukan palangaran ataupun kelalaian.

 "Penanganan secara internal juga ada prosesnya, namun jika ada indikasi terjadinya tindak pidana KUHP, maka reskrim yang menangani, dan harus ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku," jelas Kapolres sembari menambahkan, selain Propam Polres Kerinci, juga turun Propam Polda Jambi. Mereka menurunkan dua tim. Polres juga membentuk tim penyidik reskrim.

 Soal konsekuensi pemecatan terhadap pelaku seperti tuntutan keluarga Neka, jika akhirnya persidangan membuktikan kesalahan mereka, Hastho menjawab semuanya tergantung proses persidangan nanti. Dia berjanji jika penyidikan selesai, pihaknya segera menyerahkan ke persidangan.

 "Kita lihat dulu, terbukti apa tidak di persidangan nanti. Dalam waktu dekat ini, perkaranya akan dijadikan berkas perkara, dan akan diajukan ke jaksa penuntut umum, yang melanjutkannya di persidangan," janjinya. Kapolres juga berjanji akan mengawal kasus ini, dan bersikap terbuka selama proses penyidikan.

Penulis : edijanuar
Editor : rahimin
Sumber : Tribun Jambi

Pelajaran Bagi Sungai Penuh


JAJARAN Kepolisian Daerah Jambi belakangan ini benar-benar sedang diuji berbagai persoalan yang melibatkan internal anggotanya. Sehingga perlu mengerahkan personel Propam guna menyelidiki kasusnya. Setidaknya ada dua kasus mencuat dalam dua bulan terakhir. Bahkan, satu kasus Mabes Polri langsung menerjunkan personel Divisi Propam.

Kasus dimaksud yakni pemeriksaan terhadap Kompol Sunhot Silalahi, yang berujung pencopotan jabatannya sebagai Kepala Satuan Narkoba Polresta Jambi, lantaran diduga mengonsumsi  narkoba. Kini Sunhot tengah menjalani penahanan di Polda Jambi, dan kasusnya terus bergulir. Kasus selanjutnya, pemeriksaan Propam Polda Jambi dan Polres Kerinci terhadap semua anggota Polsek Sungaipenuh, dan sebagian anggota Polres Kerinci menyusul tewasnya Neka Pratama, tahanan Polsek Sungaipenuh dalam kasus dugaan curanmor di Kerinci. Kejadian itu sempat mengundang reaksi keluarga, bahkan warga setempat.

Versi polisi, Neka meninggal di rumah sakit setelah sebelumnya sempat kejang dan mulutnya mengeluarkan busa saat pemeriksaan di Polsek Sungaipenuh. Polisi berinisiatif melarikan ke RS Thalib, namun nyawanya tak terselamatkan. Namun pihak keluarga tidak percaya begitu saja. Apalagi ada luka lebam di wajah Neka.


Polisi mengaku belum tahu penyebab Neka menghembuskan nafas terakhir, termasuk asal luka lebam di wajahnya. Mereka kini menunggu hasil laboratorium forensik di Padang, yang hasilnya baru diketahui pekan depan. Sembari menunggu itu, Kapolres Kerinci AKBP Hastho Rahardjo dengan seizin Kapolda Jambi, langsung bergerak cepat.

Dia memerintahkan pemeriksaan terhadap semua anggotanya yang terlibat dalam penanganan kasus itu. Hastho agaknya memahami kondisi psikologis keluarga, dan warga setempat, kendati dia tetap memandu langkahnya dengan memakai koridor hukum. Dia berjanji menuntaskan kasus ini, dan meminta warga bersabar dan mempercayakan penanganan kasusnya ke polisi.

Hasilnya, setelah pemeriksaan maraton dan memeriksa keterangan saksi serta barang bukti, penyidik Satreskrim Polres Kerinci menetapkan empat bintara sebagai tersangkai dalam kasus tewasnya Neka. Kapolres bahkan telah menahan mereka demi kepentingan penyidikan. Diharapkan langkah cepat dan tegas ini meredam emosi keluarga dan warga setempat.

Kita mengapresiasi langkah cepat dan tegas Kapolres dalam kasus sensitif ini.  Karena pada situasi polisi menjadi sorotan publik memang tidak ada pilihan lain, selain berusaha jujur, terbuka dan transparan dalam menangani kasus yang melibatkan anggotanya. Kasus Neka sejatinya tidak hanya terjadi di Kerinci saja, namun juga terjadi di daerah lainnya.

Kita melihat langkah yang dilakukan juga serupa. Yakni langsung memproses cepat para pihak, termasuk mereka yang diduga terlibat dan menyeretnya ke persidangan. Persoalannya, cukupkah langkah itu? Tentu tidak mudah menjawabnya. Namun kita berharap polisi menepati janjinya seperti diutarakan kepada keluarga korban. Yakni memproses pelakunya sesuai hukum yang berlaku.

Dalam kasus seperti ini, kita berharap para pihak memang seyogyanya mempercayakan penyelesaiannya sesuai koridor hukum yang ada. Pilihan main hakim, atau bertindak di luar hukum hanya akan menambah persoalan baru, dan ujungnya justru bakal menenggelamkan upaya pengusutan kasus utamanya.

Kita berharap para pihak dapat menahan diri. Sehingga polisi dapat bekerja dengan cepat, dan sesuai aturan hukum yang ada. Bukan justru terjebak pada tindakan sesaat, atau karena reaktif terhadap psikologi massa. Ibarat main bola, memang bola kini berada di polisi. Kesungguhan mereka mengungkap penyebab kematian Neka, pada situasi ini, memang satu-satunya pilihan yang bijaksana, sekaligus menjawab sikap keluarga dan warga yang telah berusaha menahan diri, dan tidak anarki. Semoga! (*) 
Sumber : Tribun Jambi