Rabu, 19 Oktober 2011

Dodol Kentang dari Kaki Gunung Kerinci


SAAT memasuki Desa Lubuk Nagodang di Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, ada pemandangan lain yang berbeda dibandingkan dengan desa-desa lain di sekitarnya.
Secara umum pemandangan di kawasan itu hampir sama, yakni "pameran" keindahan alam Kerinci, baik berupa hamparan pepohonan kayu manis (Cassiavera) berdaun merah, padi yang menguning, kebun sayuran, dan perkebunan teh. Semua keindahan alam itu dilatarbelakangi oleh gugus Pegunungan Bukit Barisan yang mengitarinya dengan Gunung Kerinci yang paling tinggi menjulang.

Saat memasuki Lubuk Nagodang, keindahan itu bertambah lagi dengan bangunan warung-warung berukuran mungil di tepi jalan. Di depan puluhan warung itu umumnya dipasangi papan reklame bertuliskan "Dodol Kentang", tentu saja dengan nama perajin masing-masing industri rumahan itu.

Di Kabupaten Kerinci, industri dodol yang dibuat dari kentang itu hanya terdapat di Lubuk Nagodang. Warga desa itu pula yang menjadi produsen dodol kentang yang rasanya gurih tersebut.

"Kami menunggu pembeli yang mampir ke sini. Pembeli umumnya para pemakai jalan yang melintas di daerah ini, baik warga dari sini maupun para wisatawan yang datang ke Kerinci," ujar Ny Erna, salah seorang perajin dodol kentang.

Desa Lubuk Nagodang terletak sekitar 20 kilometer utara Kota Sungai Penuh. Desa itu berada di antara Sungai Penuh dan kawasan Kayu Aro yang berada di kaki Gunung Kerinci. Di Kayu Aro terdapat sejumlah lokasi wisata alam menawan yang kerap dikunjungi turis domestik dan mancanegara.

Di Kayu Aro di antaranya terdapat Danau Gunung Tujuh di ketinggian 1.950 di atas permukaan laut. Danau ini dikelilingi tujuh gunung yang berada di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Di kayu Aro terdapat pula Air Terjun Telun Berasap. Dari Desa Kersik Tuo di kaki Gunung Kerinci, para pendaki juga biasa memulai pendakian ke gunung berapi aktif tertinggi di Indonesia itu. Di kawasan ini pula terdapat hamparan perkebunan teh yang dikelola PT Perkebunan Nusantara VI.

Dodol kentang asal Lubuk Nagodang adalah salah satu produk yang berawal dari sentuhan tangan pemerintah. Mulanya, tahun 1990-an Dinas Perindustrian Kabupaten Kerinci mengadakan pelatihan kepada beberapa kelompok ibu rumah tangga di desa itu.

Pelatihan ketika itu tidak hanya dilakukan di Lubuk Nagodang. Kalangan ibu rumah tangga di Desa Sungai Tandak, desa lain di Kerinci, pun mendapat pelatihan yang sama. Namun, rupanya ibu-ibu rumah tangga di Lubuk Nagodang yang kemudian terkesan dan melanjutkannya usaha itu. Dodol kentang dianggap sebagai komoditas yang bisa menjadi sumber nafkah mereka.

Seusai pelatihan itulah, ibu-ibu rumah tangga Lubuk Nagodang memproduksi dodol kentang. Tetapi, di tahun-tahun awal produk mereka kurang laku di pasaran. "Baru sejak tahun 1995 dodol kendang mulai dikenal dan disukai, terutama oleh para wisatawan yang datang ke Kerinci. Kini sudah ada sekitar 20 lebih rumah tangga yang memproduksi dan menjual dodol kentang di Lubuk Nagodang ini," ucap Erna, pemilik usaha dengan merek Melati itu.

DODOL kentang dari kaki Gunung Kerinci ini memang barang baru. Sekarang dodol kentang mulai dikenal hingga ke kota-kota besar di sekitarnya, seperti Padang dan Jambi. Di Kerinci, makanan itu juga dijual di beberapa toko di Sungai Penuh.

"Kalau pulang ke Padang saya selalu membawa dodol kentang untuk oleh- oleh. Keluarga di rumah dan teman-teman selalu memesan dodol kalau mereka tahu saya ke Sungai Penuh," ujar Ikhwan, seorang pedagang rokok ketika ditemui di salah satu hotel di Sungai Penuh.

Erna mengatakan, bahan baku dodol terdiri atas kentang, kelapa, dan gula. Komposisi bahan bakunya sama. Selain bahan baku itu, masih diperlukan tepung terigu agar dodol mengeras dan cepat kering. Untuk memasak dodol, para perajin umumnya menggunakan bahan bakar kayu manis kering yang banyak terdapat di kawasan itu.

Wardanis menambahkan, dodol yang selesai dibuat ditaruh dan diratakan di atas nampan sebelum dipotong-potong dengan ukuran panjang sekitar empat sentimeter, lebar dan tebal satu sentimeter. "Selanjutnya dodol itu dijemur agar kering. Kalau panasnya bagus, dalam satu hari bisa kering," ujarnya.

Para perajin kemudian membungkus dodol dengan kertas minyak. Sebanyak 20 bungkusan dodol itu seterusnya dimasukkan ke dalam bungkus plastik yang telah diberi merek masing-masing perajin. Di warung-warung perajin di Lubuk Nagodang, satu bungkus plastik dodol kentang harganya Rp 3.500, sedangkan di toko-toko di Sungai Penuh Rp 5.000.
Sumber : Agus Mulyadi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Secara Sopan